Tekan Tingginya Angka Kematian, Yanto Minta Pemkos Tingkatkan BLS dan BSL

RAJAWARTA : Pemerintah Kota Surabaya alias PEMKOS diminta meningkat Basic Life Support (BLS), dan Biolovical Safety Level (BSL)
dalam penanganan Pandemi C19 yang diperkirakan akan mengahadapi Pandemi Golombang ketiga.

Karena kalau tidak, maka tingginya angka kematian akibat varian Delta yang ‘Ngamuk’ beberapa bulan lalu, akan terulang lagi jika gelombang III C19 ‘menyerang’ warga Kota Surabaya.

“Jadi respon kita sebagai pengambil keputusan dan kebijakan. Pandemi covid itu, menyisakan krisis angka kematian yang cukup tinggi saat Pandemi covid yang varian delta,” ungkap Ahmad Suyanto (29/9/2021).

Tingginya angka kematian Kota Surabaya di Pandemi C19 ungkapnya, disebabkan oleh peralatan kesehatan yang dimiliki Rumah Sakit milik Pemerintah Kota Surabaya (PEMKOS) masih jauh api dari panggang.

“Apa artinya. Artinya kemampuan Rumah Sakit Kota Surabaya dalam kerangka Basic Life Support bagi penderita pasien covid, itu kurang memadai,” ujar Pak Ustad panggilan Ahmad Suyanto.

Yanto memperkirakan, seandainya jauh hari sebelum Pandemi memilit warga Surabaya, Pemkos sudah menyiapkan BLS, kemungkinan besar Pemkos bisa menekan angka kematian warga yanv terinfeksi C19.

“Jadi sebetulnya pada saat orang gagal jantung, gagal paru ada alat yang lengkap misalkan. Itu bisa menjadi andalan (menekan angka kematian di Pandemi),” ujarnya.

Menurutnya, di Surabaya, tidak semua Rumah Sakit di Surabaya memiliki alat-alat kesehatan yang memadai. Akibatnya, banyak pasien meninggal karena Rumah Sakitnya tidak memiliki alat yang dibutuhkan pasien.

“Kalau bisa Rumah Sakit di Kota Surabaya, tidak hanya Rumah Sakit Premier yang memiliki itu (BLS), yaitu alat-alat yang bisa mengganti sementara fungsi jantung dan fungsi paru pada saat kekurangan oksigen. Kita berharap ke depan korban pada titik kritis jangan sampai tidak tertangani,” tukasnya.

Bagaimana cara menghadapi gelombang ketiga Pandemi C19? Yanto menegaskan, Pemkos harus menyiapkan alat-alat kesehatan dasar tentang bertahan hidup. Harapannya, pasien kritis bisa tertangani dengan baik.

“Mari kita siapkan insfrastuktur lebih dini. Misalnya, beli alat Basic Lif Support, yakni alat-alat dasar tentang bertahan hidup pada titik kritis. Saya yakin Kadinkes Surabaya mengerti yang dimaksud BLS,” tambahnya.

Berikutnya tukas Yanto, Pemkos harus meningkatkan tingkat keamanan seluruh Rumah Sakit milik Pemerintah. Istilahnya tutur Yanto meningkatkan Biolovical Safety Level (Tingkat keamanan biologis).

“Dan tingkatkan insfrastruktur keamanan Rumah Sakit dari BSL 2 menjadi BSL 3, bahkan kalau bisa menjadi BSL 4. Saat ini Rumah Rakit di Surabaya (milik Pemkos) masih di BSL 2,” pungkasnya.