Kampanyekan Literasi, Pustakawan Kunjungi Pesantren UW

RAJAWARTA : Memiliki beraneka ragam produk agribisnis, Pondok Pesantren Al Urwatul Wutsqo (UW) Desa Bulurejo, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang menarik untuk dijadikan rujukan dalam program One Pesantren One Produk (Opop).

Pesantren yang memiliki jenjang pendidikan dari mulai dari Taman Pendidikan Kanak-kanak (TK) hingga perguruan tinggi berupa Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT), saat ini bersama santrinya mengembangkan sejumlah komoditas tanaman agribisnis diantara buah Kelengkeng, Jambu Kristal, Ketela Rambat, hingga Jeruk.

“Pesantren ini sangat tepat dijadikan rujukan Pesantren lain di Jatim yang kini tengah mengembangkan program Opop,” kata Sujono, Pustakawan Ahli Utama saat melakukan kunjungan di Pesantren UW dan melakukan kampanye Literasi.

Kampanye Literasi di Pesantren UW ini bertujuan untuk meningkatkan minat literasi kepada generasi millennials, kalangan santri di pesantren baik literasi baca maupun tulis.

Berdasarkan data dari Perpustakaan Nasional 2017, frekuensi baca orang Indonesia rata – rata hanya tiga sampai lima kali per minggu. Jumlah buku yang dibaca hanya lima sampai 9 buku pertahun.

Kemudian, berdasarkan studi dari Central Conncecticut State University, Indonesia menempati urutan ke 60 dari 61 negara untuk minat literasi. Data ini juga diperkuat dengan studi dari UNESCO, menunjukan minat baca masyarakat Indonesia hanya sebesar 0,01% atau 1:10.000. Ini menunjukan rendahnya minat literasi baca masyarakat Indonesia.

Dikatakannya, berbagai alasan pun di kaji terkait rendahnya literasi baca masyarakat Indonesia. Minat baca rendah di daerah pedesaan dikarenakan minimnya stok buku yang ada di desa. Keterbatasan ekonomi dan kendala infrastruktur menjadi alasan utama minimnya stok buku di daerah pedesaan. Sedangkan di daerah perkotaan, masyarakat lebih tertarik menggunakan internet yang ada di smartphone ketimbang baca buku.

“Kampanye Literasi di kalangan pesantren ini terus kami galakkan, karena minat baca dan tulis kaum Santri cukup tinggi. Sebab mereka memiliki budaya membaca kitab kuning,” terangnya.

Kepala SMA Primaganda, Hj Khumaidah mengatakan, kewirausahan atau entrepreneurship menjadi kajian yang tidak bisa dilepaskan oleh santri UW. Kewirausahaan merupakan proses mengidentifikasi, mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. “Tiap orang yang hendak berwira usaha harus memiliki visi, visi itu bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih daik dalam melakukan sesuatu,” terangnya.

Bila semua visi itu dijalankan, hasilnya adalah sebuah usaha baru. Agribisnis dengan sejumlah komoditas tanaman buah itu hingga menjadi usaha mandiri pesantren yang terus dikembangkan.