Begini Cara Surabaya Menjawab Tantangan Revolusi Industri 4.0


RAJAWARTA : Revolusi industri 4.0 dan isu lingkungan, menjadi salah satu topik yang hangat diperbincangkan akhir-akhir ini. Untuk menjawab hal itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terus melakukan berbagai upaya dan strategi, dalam menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) menyongsong era baru tersebut.

Salah satunya yakni, melalui kegiatan pameran pendidikan bertajuk “Widya Wahana Pendidikan 2019”. Namun uniknya, kegiatan yang diikuti 72 sekolah negeri dan swasta, serta lembaga pendidikan itu, tak hanya sekadar pameran biasa. Pasalnya, sekolah dan lembaga pendidikan yang mengikuti Widya Wahana Pendidikan, adalah lembaga pendidikan yang telah berprestasi selama tahun 2019.

Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya, Ikhsan mengatakan, dari pameran yang digelar selama tiga hari, yakni tanggal 1 – 3 November 2019, pihaknya menilai, bahwa banyak inovasi-inovasi serta kreatifitas anak-anak dan para guru di sekolah yang ditampilkan.

“Dari stand-stand bisa kita lihat semua, mereka anak-anak dengan kreatifitas dan imajinasi tinggi, ada yang menampilkan karya robotiknya, kemudian aplikasi, kemudian film animasi itu juga banyak yang ditampilkan di sini,” kata Ikhsan saat acara penutupan kegiatan pameran pendidikan di Balai Pemuda Surabaya, Minggu (03/11/2019) sore.

Bahkan, kata Ikhsan, pengunjung atau pelajar yang datang, juga bisa mengembangkan inovasi-inovasi yang ditampilkan itu di masing-masing sekolah. Melalui stand-stand yang ditampilkan, mereka bisa saling sharing dan belajar untuk mengembangkan inovasi dan kreatifitas itu. “Sehingga diharapkan satu tahun ke depan akan lebih banyak lagi inovasi-inovasi kreatifitas yang dilakukan anak-anak dan para guru,” tuturnya.

Produk atau kreatifitas yang ditampilkan tersebut, salah satunya adalah batik. Pengunjung pun juga bisa belajar langsung dan mempraktikkan proses pembuatan batik yang memiliki beragam jenis itu. “Kita lihat batiknya mereka banyak jenisnya, sehingga banyak kemudian dari pelajar dan para guru yang belajar,” katanya.

Tak hanya belajar membatik, Dispendik Surabaya juga menyiapkan berbagai pelatihan lain dalam kegiatan itu. Diantaranya, make up artis, fotografi, vlog dan sebagainya. Tak ayal, tiap hari, pengunjung pun terus berdatangan, baik dari kalangan pelajar maupun masyarakat umum. “Mereka antusias sekali, mengikuti beragam pelatihan,” kata dia.

Disamping menyiapkan beragam pelatihan dalam strategi menyiapkan SDM menjawab tantangan industri 4.0, beberapa stand pameran juga menampilkan inovasi-inovasi produk daur ulang. Ikhsan menyebut, tantangan dalam konteks lingkungan, menjadi alasan program eco school terus digalakkan di sekolah-sekolah.

“Sebenarnya program peduli lingkungan sudah dicanangkan Ibu Wali Kota di kampung-kampung dan sudah berjalan. Sehingga kemudian upaya ini juga diterapkan di sekolah-sekolah, salah satunya melalui program Eco School,” ungkapnya.

Menariknya, selain mengedukasi anak-anak agar peduli lingkungan, produk daur ulang yang dihasilkan itu, menjadi salah satu cara mengajarkan para pelajar menjadi seorang ecopreneur. Alhasil, beberapa produk yang dihasilkan kemudian dijual. Selanjutnya, hasil dari daur ulang itu digunakan kembali untuk mengembangkan kreatifitas lagi. “Nah, hasil-hasil kreatifitas itu juga banyak dipamerkan di sini. Jadi mereka bisa saling belajar, punya ide-ide baru, dan juga teman baru,” katanya.

Salah satu perwakilan sekolah yang mengikuti kegiatan pameran itu adalah SDN Pacarkeling V Kota Surabaya. Dalam pameran ini, sekolah tersebut mengusung tema daur ulang.

Susanti, guru kelas 6 sekaligus salah satu penjaga stand mengatakan, dalam pameran kali ini pihaknya menampilkan barang-barang yang dihasilkan dari proses daur ulang. Semuanya berasal dari barang tidak terpakai kemudian diolah agar lebih berguna. “Yang mendaur ulang adalah siswa,” kata Susanti.

Ia mengungkapkan, produk daur ulang yang dihasilkan, salah satunya adalah tong sampah yang terbuat dari botol plastik. Ada pula topi dari koran bekas, hiasan lampu dari sendok plastik bekas, hingga hiasan bunga dari kelobot. “Tutup botol itu berasal dari bekas air mineral dan minyak goreng,” jelasnya.

Lain halnya dengan SMPN 19 Kota Surabaya. Dalam pameran ini, sekolah tersebut memamerkan alat berupa virtual reality (VR) BT headphones. Melalui VR tersebut, anak-anak semakin dipermudah dalam proses belajar.

Kepala SMPN 19 Surabaya, Shahibur Rachman menjelaskan, dengan adanya VR tersebut, anak-anak bisa terlibat langsung dalam pembelajaran, karena menampilkan visual tiga dimensi. Apalagi, VR tersebut juga bisa digunakan dalam semua mata pelajaran. “Sekolah memiliki 17 unit VR. Sudah diterapkan sejak tahun 2018 lalu,” pungkasnya.

Sebagai diketahui, dari hasil penilaian stand terbaik pameran pendidikan 2019, pada kategori lembaga non formal, juara 1 diraih oleh TK Negeri Pembina, juara 2 TK Benih Kasih dan juara 3 TK Al Falah. Sedangkan pada kategori jenjang SD, juara 1 diraih SDN Kandangan 1, juara 2 SDN Pacar Keling 5, dan juara 3 SD Al Muttaqin. Sementara pada jenjang SMP, juara 1 diraih SMPN 1 Surabaya, juara 2 SMPN 9 Surabaya, dan juara 3 SMPN 26 Surabaya. (*)