PW LPPNU Jatim Minta Kebijakan Import Ditinjau Ulang

PHarga gabah yang turun disaat panen raya bulan Maret 2021 menjadi perhatian khusus PW LPPNU Jatim dalam rangka keberpihakan kepada petani, di beberapa daerah di Jawa Timur harga jual gabah kering panen (GKP) dibawah HPP Rp. 4.200 semisal di Jember dan Kediri harga GKP Rp. 4.000 – 4.100.

Hal tersebut memicu keprihatinan tersendiri bagi PW LPPNU Jatim terhadap petani disaat kemarin musim tanam pupuk sulit.

Ketua PW LPPNU Jatim, Ghufron Ahmad Yani menyayangkan kondisi ini. “Kita sangat sakit hati dengan kondisi harga gabah yang terus turun ini, dimana kamarin saat mau tanam kita kesulitan pupuk sekarang musim panen harga turun,” katanya.

Menurut Ahmad Yani, kondisi ini diperburuk juga dengan adanya berita tentang rencana import beras oleh Pemerintah.

“Ini ditambah lagi ada rencana import beras 1 juta ton maka akan semakin menyusahkan bagi petani kita, dimana petani kita telah berpeluh keringat disaat pandemi covid 19 terus bekerja dengan segala resiko dan menjadi satu-satunya sektor penolong perekonomian negara tapi tidak happy ending,” katanya.

Pihaknya meminta supaya pemerintah mengkaji ulang rencana import beras dalam waktu dekat tersebut.

“Kita sangat menyayangkan rencana import beras 1juta ton ini jika kita lihat data statistik yang dirilis BPS pada tgl 1/3/2021 tentang data padi. Potensi produksi beras Jan-April 2021 sebesar 14,54 jt ton sementara konsunsi Januari-April 2021 9,72 juta ton, sehingga Januari-April 2021 ada potensi surplus 4,81 juta ton, nah ini supaya diserap oleh Bulog saat panen raya ini, bukan malah import,” imbuhnya.

PW LPPNU Jatim meminta supaya seluruh stakeholder memikirkan nasib petani jika masih mencintai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

“Jika masih cinta Negara maka perhatikan nasib petani,” terangnya.