METRO  

Imam Syafii ; Jumlah Meninggal Covid-19 Kenapa Ditutupi?

Beberapa waktu lalu Luhut Panjaitan mengungkapkan Jatim tidak jujur melaporkan data Covid 19. Dalam grup WA yang saya ikuti, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menjelaskan bahwa Pemprov Jatim hanya meng-collect laporan dari kota dan kab.

Di Surabaya, korban meninggal terpapar Covid mencapai 100 per hari, bahkan selama beberapa hari pernah lebih. Tapi dari data di website Diskominfo Jatim cuma dilaporkan 3 atau 5, paling banyak belasan.

Padahal kita warga Surabaya menyaksikan sendiri setiap hari ambulans- ambulans jenazah lalu lalang di jalanan tiada henti. Suara sirenenya meraung-raung memekakkan telinga.

Belum lagi kita juga sering menjumpai dan membaca pesan WhatsApp bagaimana mayat-mayat korban Covid terpaksa “menginap” di rumah duka karena harus sabar menunggu mobil jenazah yang belum selesai menjemput dan mengantar jenazah laiinnya.

Setelah itu pun si jenazah masih harus antre menunggu berjam jam proses pemulasarannya hinggga pemakamannya di TPU khusus Covid di makam Keputih Sukolilo, Surabaya Timur dan makam Babat Jerawat, Surabaya Barat.

Karena itu pernyataan Walikota Surabaya Eri Cahyadi yang menyatakan angka kematian pasien Covid yang jumlahnya ratusan per hari kini bisa diturunkan sekaligus mengkonfirmasi bahwa data yang disuguhkan Dinas Kesehatan atau Gugus Tugas Covid 19 Surabaya itu tidak sesuai fakta. Bisa dilihat tabel laporan Covid mulai tanggal 15 – 22 Juli 2021.

Pertanyaannya kenapa pelaporan data invalid ini terus menerus dilakukan? Bukankah data yang valid kunci penyelesaian masalah?

Kalo melihat laman di website Diskominfo Jatim, rasanya, data yang dilaporkan Pemkab Sidoarjo juga tidak valid. (****)

Ayo… Kenapa mesti malu melaporkan kebenaran?