UMUM  

Hadapi Era Industri 4.0, Risma Dorong Komunitas-Komunitas Bersinergi

RAJAWARTA : Menghadapi era Industri 4.0, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini terus mengambil langkah, agar masyarakat Kota Pahlawan, khususnya kaum milenial tidak ketinggalan. Sehingga mereka diharapkan mampu untuk terus berkompetisi di era yang serba digital tersebut.

Wali Kota Risma menyampaikan, karya animasi untuk anak-anak merupakan potensi besar. Terlebih, ia melihat, fenomena karya-karya animasi yang biasa ditonton anak-anak adalah hasil karya dari mancanegara.

“Jadi ini potensinya sangat besar sekali kalau kita mau menggarapnya. Jumlah penduduk Indonesia ini kan lebih dari 200 juta dan mungkin taruhlah 15-20 persennya adalah anak-anak itu yang harus kita kejar,” kata dia saat memberikan motivasi kepada komunitas programmer dan penggiat mural se-Surabaya di lantai 3, Koridor Co-Working Space, Sabtu (24/08/2019).

Menurutnya, peluang yang besar itu wajib diisi oleh warga Indonesia, khususnya penduduk di Surabaya. Ia melihat, potensi ini dimiliki oleh komunitas pegiat mural, animasi, maupun programmer terutama dari Kota Surabaya. “Ini akan menjadi karya luar biasa jika kalian kolaborasi. Ini eranya kolaborasi industri 4.0,” jelasnya.

Presiden UCLG Aspac ini juga menjelaskan, jika selama ini yang ditonton anak-anak yakni film kartun karya luar, maka anak-anak Indonesia harus bisa menciptakan karya yang dikonsumsi masyarakatnya sendiri. Bahkan ia yakin jika ini terus didorong maka akan berhasil.

“Kalian bisa menciptakan kartun dari cerita sejarah yang dimiliki Indonesia untuk dijadikan kartun yang populer di era saat ini. Misalnya Princess Roro Kidul apik to (bagus kan),” katanya.

Kendati demikian, ia menyebut, potensi-potensi itu harus terus didorong agar bergerak. Namun, tidak hanya dalam bentuk film kartun. Tapi bisa bentuk iklan layanan masyarakat, ataupun iklan komersil juga bisa dikerjakan dari animasi ini.

“Karena yang semacam itu membuat orang tertarik dan ini merupakan kampanye baru yang bisa digunakan sebagai media mendidik anak-anak,” imbuhnya.

Ia menilai, hal ini akan mudah dilakukan jika tiap-tiap komunitas saling bersinergi.  Misalkan, komunitas mural biasanya menggambar di bidang kosong seperti tembok. Dari media tembok kemudian bisa diterapkan ke elektronik. “Dari yang biasanya menggunakan bidang kosong ditumpahkan ke media eletronik, karena potensi itu harus dikembangkan,” terangnya.

Wali Kota Risma berharap, warga Kota Surabaya, khususnya kaum milenial mulai bergerak untuk mengisi potensi-potensi itu. Sehingga nantinya upaya-upaya yang dilakukan ini dapat meningkatkan pendapatan ekonomi mereka. “Saya berharap supaya mereka mampu berperan di negerinya sendiri dan tidak menjadi penonton saja,” pungkasnya (*)