Benarkah dengan Menghafal Al-Qur’an Dapat Meningkatkan Kecerdasan Otak? Simak Faktanya

Al-Qur’an turun untuk menjadi petunjuk bagi manusia. Al-Qur’an bukan hanya sekedar buku yang berisi kata-kata indah, tetapi Al-Qur’an merupakan mukjizat yang sudah ada bahkan dari berjuta-juta tahun yang lalu.

Keasliannya tetap terjaga meskipun zaman telah berganti. Al-Qur’an berisi firman Allah, perkataan Tuhan seluruh makhluk. Berisi pedoman hidup, cerita inspiratif para pendahulu, sejarah, dan ilmu pengetahuan.

Membacanya dapat menenangkan jiwa, hati dan pikiran. Menghafalnya bahkan dapat meningkatkan kecerdasan. Baik kecerdasan spiritual, emosional, bahkan intelektual. Karena Al-Qur’an merupakan firman tuhan yang menciptakan kita semua. Kalau ingin hidup lebih terarah, lebih tertata, maka baca, pahami, resapi lalu amalkan isi Al-Qur’an.

Bagaimana bisa dengan menghafal Al-Qur’an dapat meningkatkan kecerdasan otak? Ini berhubungan erat dengan neuroscience. Neuroscience adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur, fungsi, perkembangan, genetika, evolusi, dan abnormalitas sistem saraf.

Ilmu ini berfokus pada pemahaman tentang bagaimana sistem saraf, termasuk otak dan sumsum tulang belakang bekerja dan berinteraksi dengan berbagai aspek kehidupan. Neuroscience memainkan peran penting dalam memahami bagaimana otak menyimpan, mengelola, dan mengambil informasi, termasuk dalam konteks memori. Bagian otak yang terlibat adalah :

  1. Prefrontal korteks: memori tentang urutan kejadian (namun bukan tentang kejadian
    itu sendiri)
  2. Amigdala: merekam aspek emosi dari memori
  3. Lobus Medial Temporal: memproses memori baru menjadi memori jangka panjang
  4. Hipokampus: memroses memori baru menjadi memori jangka panjang
  5. Serebelum: merekam memori terkait gerakan
    Lalu bagaimana otak menyimpan memori yang kita dapat? Nah, proses penyimpanan memori
    dalam otak manusia melibatkan 3 tahapan, yaitu :

1 – Penyandian informasi (encoding)

Proses diawali dengan penerimaan informasi dari lingkungan melalui panca indera (penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, dan pengecap). Informasi tersebut nantinya akan diubah menjadi menjadi sinyal yang dapat diproses oleh otak.

2 – Penyimpanan (storage)
Informasi tersebut akan disimpan di otak dalam jangka waktu pendek (Short-Term Memory – STM) dan jangka panjang (Long-Term Memory – LTM). STM bersifat sementara dan terbatas.
Contohya ketika kita diminta menghafal nomor telepon atau ketika kita diminta menghafal daftar belanjaan. Sedangkan LTM bersifat tahan lama dan kapasitasnya lebih besar. Jika informasi dianggap penting atau diulang-ulang, otak dapat memindahkannya ke LTM.

3 – Mengingat kembali (retrieval)
Retrieval merupakan proses pengambilan informasi dari memori, baik itu dari memori jangka pendek atau jangka panjang. Pengambilan informasi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti situasi, kondisi emosional, dan konteks.

Proses penghafalan Al-Qur’an melibatkan aktivitas memori yang intensif. Berikut tahapan bagaimana hafalan Al-Qur’an dapat masuk ke dalam otak.

Pertama, aktivitas membaca al-quran yang kita lakukan akan terekam oleh indera penglihatan dan pendengaran kita (sensory memory), lalu apabila kita fokus membacanya, maka informasi tersebut akan diubah menjadi sinyal yang dapat diproses oleh otak (encoding). Setelah diubah, informasi tersebut akan masuk ke dalam memori jangka pendek (short term memory). Sistem ingatan jangka pendek ini mampu menyimpan informasi selama sekitar 30 detik dan maksimal 7 item informasi. Apabila kita terus mengulang/memurojaah ayat tersebut, maka akan ditransfer ke sistem ingatan jangka panjang (long term memory). Informasi tersebut dapat diambil ketika kita melakukan pengingatan kembali (retrieval).

Semakin sering kita mengulang hafalan, maka semakin cerdas otak kita. Otak manusia diibaratkan seperti kumparan dalam mesin listrik. Ketika menghafalkan ayat-ayat Al Quran, kumparan itu terus berjalan, mesin itu akan aktif dan dinamis, sehingga sel-sel dan partikel di otak akan aktif. KH Ahsin Sakho dalam bukunya (Menghafalkan Alquran. 2017), menjelaskan, aktifnya sel dalam otak akan memperkuat otak itu sendiri. Bagi penghafal Al Quran hal itu akan
bermanfaat untuk mengolah data yang masuk kedalam otak.

Ayat dalam al-qur’an tergolong mudah dihafal, bahkan Allah sendiri yang menjanjikan hal tersebut. Al-Qur’an untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?” (QS.Al-Qamar:17).

Banyak ayat dalam al-qur’an yang memiliki kemiripan, namun ada juga yang
justru kata-katanya sangat asing dan susah dihafal. Disini kemampuan otak untuk mencerna infromasi dilatih. Tak hanya kemampuan mencerna, tetapi juga kemampuan untuk mengingat, berkonsentrasi, dan banyak lagi. Semua kemampuan itu dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam hal akademis. Tak heran jika para penghafal Al-Qur’an memiliki IQ, EQ dan SQ⁷ yang tinggi.

Selama melakukan pembelajaran, kemampuan yang kita butuhkan adalah konsentrasi saat mendengarkan materi, kemampuan fokus saat membaca materi dan daya ingat yang kuat dalam menghafalkan materi. Semua kegiatan tersebut sudah diaplikasikan ketika menghafal Al-Qur’an.

Itulah alasan mengapa menghafal Al-Qur’an dapat menambah kecerdasan. Bahkan ketika literasi kita minim, dengan sering membaca alqur’an dapat menambah kemauan kita untuk literasi. Yang awalnya susah menghafal, maka akan jadi mudah karena sudah sering menghafal
Al-Qur’an.

Bahkan bahasa Al-Qur’an sendiri bukan merupakan bahasa ibu, bukan merupakan
bahasa tanah air, bahasa indonesia, tetapi bahasa arab yang tentunya bukan hal yang mudah bagi kita untuk menghafalkannya. Tetapi kalau dengan menghafal al-qur’an saja sanggup, apalagi menghafal pelajaran di kelas. Contoh nyata adalah saya sendiri, dimana ketika SMP saya sama sekali tidak mempelajari akademis tapi fokus ke menghafal Al-Qur’an. Dan alhamdulillah saya tetap bisa mengikuti pelajaran saat di SMA, bahkan mendapat nilai yang memuaskan.

Menghafal Al-Qur’an tidaklah mudah, tetapi banyak manfaat dibaliknya. Jadi daripada kita
menghabiskan waktu kita untuk melakukan hal yang tidak bermanfaat ataupun sia-sia, lebih baik kita menghafal Al-Qur’an yang sudah pasti bermanfaat baik dari sisi agama, kesehatan maupun kecerdasan.

Referensi :
Musdalifah, Ririn. (2019). Pemrosesan dan Penyimpanan Informasi pada Otak Anak dalam Belajar: Short Term and Long Term Memory. Al Ishlah: Jurnal Pendidikan Islam, 17(2), 222-224
Muhammad, Akhsin Sakho. (2017). Menghafalkan Al-Qur’an. PT Qaf Media Kreative.