Kenaikan kasus Covid-19 kembali menghantui masyarakat Kota Surabaya. Meskipun pihak pemkot menyampaikan kasus sudah bisa terkendali.
Dalam rilis terbarunya Wali Kota Risma mengatakan setiap hari rata-rata, Dinkes Surabaya telah melakukan testing kurang lebih sekitar tiga ribu spesimen. Menurut dia, ini menjadi penting untuk dilakukan meskipun Covid-19 sudah dapat dikendalikan namun tak berarti testing berhenti begitu saja.
“Kemarin kita sudah lakukan di warga perbatasan kota. Sekarang kita fokus ke hotel, pertokoan dan mal. Jadi bukan berhenti, kita terus lakukan testing yang jumlahnya ribuan. Satu hari mencapai tiga ribu,” kata Risma, Selasa (24/11/2020).
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita menyatakan swab berikutnya akan menyasar kepada siswa-siswi pelajar SMP untuk persiapan proses belajar mengajar tatap muka. Dia mengklaim meskipun kondisi sudah dapat dikendalikan, namun Feny meminta agar masyarakat tetap disiplin protokol kesehatan (prokes).
“Mudah-mudahan dari gencarnya swab yang kami lakukan secara istiqomah ini pandemi Covid-19 akan segera hilang dari bumi Surabaya,” imbuhnya.
Namun, klaim Pemkot Surabaya tersebut patut diragukan. Karena di rumah sakit yang ada di Surabaya saat ini rata-rata terjadi lonjakan dan bed yang tersedia hampir penuh kembali.
Salah satunya di tempat rujukan utama Covid-19 di Surabaya, yakni di Rumah Sakit Darurat Lapangan Kogabwilhan Indrapura (RSLKI), Jalan Indrapura, Surabaya.
Kepala RSLKI dr Nalendra mengingatkan saat ini jika ada kenaikan pasien Covid-19 kembali. Dan tidak hanya terjadi di rumah sakit yang dipimpinnya, melainkan hampir disemua rumah sakit rujukan di Jawa Timur.
Dia menjelaskan awal bulan November RS yang dipimpinnya pasien Covid-19 sempat stabil. Rata-rata antara 50 – 60 pasien. Tetapi saat ini, terhitung sejak Sabtu (21 Nov) naik menjadi 205 pasien.
“Kenaikan yang hampir 400 persen,” tegasnya seraya mereka-reka sebab kenaikan pasien akibat virus yang belum ada obatnya itu.
Total pasien saat ini per 1 – 22 November sebanyak 469 orang.
Sementara itu data relawan terdapat 37 kluster keluarga dengan jumlah 2-5 orang.
Juga terdapat 9 institusi maupun lembaga. Termasuk pesantren, Diklat, Poltek berjumlah 2-38 orang.
Munculnya kluster keluarga dipicu liburan panjang serta abai menjalankan protokol kesehatan.
“Perlu kewaspadaan tinggi di semua lini masyarakat dan stake holder kesehatan serta pemerintahan. RSLKI sendiri tetap menyiapkan diri untuk siap, sigap dan mampu melayani pasien yg masuk sesuai kapasiitas rumah sakit, yakni maksimal 357 bed/pasien,” imbuh pria yang juga Perwira Tinggi TNI AL ini.