RAJAWARTA : Sejumlah tokoh masyarakat (Tomas) berharap Sidoarjo mendapatkan pimpinan santri millenial yang berani membuat kebijakan yang menata berbagai persoalan. Selain itu, juga berani membuat diskresi serta bisa menjadi jembatan masyarakat dan pemerintah.
“Kalau bisa dipimpin santri yang punya basis dukungan kuat di akar rumput, Sidoarjo pasti akan maju dan bisa mengejar ketertinggalan dari Surabaya. Jadi pimpinan itu harus punya mainset menyelesaikan masalah,” terang Pimred Suara Surabaya, Eddy Prastyo di sela-sela diskusi Cangkrukan Santri ‘Santri Membangun Negeri’ di Masjid Joglo Roudlotul Muttaqin, Istana Aloha, Desa Wage, Kecamatan Taman, Sidoarjo, Minggu (27/10/2019) malam.
Lebih jauh, Eddy menguraikan jika ada banyak persoalan di Sidoarjo. Diantaranya masalah banjir, macet di Gedangan, pelayanan publik, penanganan sampah 1.800 per ton per hari serta minimnya serapan anggaran di setiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
“Karena itu, butuh pemimpin yang memberikan jaminan pembangunan di Sidoarjo. Pembangunanya fokus menyelesaikan sejumlah masalah itu,” ungkapnya.
Hal yang sama disampaikan Pemred Jawa Pos, Abdul Rokhim. Menurutnya Sidoarjo memiliki catatan sejarah besar jika santri diperhitungkan. Misalnya soal pembangunan monumen Jayandaru dan soal meninggalnya Riyadussolikhin karena salah tangkap yang dilakukan oknum polisi.
“Pada dua peristiwa itu, santri bergerak mampu mengubah keputusan dan kebijakan itu. Karena itu dibutuhkan santri millenial yang bisa membawa perubahan bagi Sidoarjo,” tegasnya.
Sementara itu, CEO Sido Resik, Ahmad Muhdlor Ali. Menurutnya pihaknya lebih fokus dalam penanganan masalah sampah. Hal itu sesuai dengan bidang gerakan sosial dari Sido Resik.
“Bagi kami darurat sampah itu harus segera ditangani. Tumpukan sampah di Sidoarjo sebagai kota industri harus ditangani baik melalui teknologi pengelolaan sampah maupun dengan kebijakan lainnya. Karena tumpukan sampah bisa memicu penyakit dan wajah kota Delta tak terlihat keindahannya,” tandasnya. (0+0)