RAJAWARTA : Marahnya Eri Cahyadi Walikota Surabaya, terhadap salah satu karyawan Rumah Sakit Soewandhie Senin (27/11/2022) viral di media massa dan media sosial, utamanya group-group WA.
Sikap Walikota yang kurang elegan itu menuai sorotan tajam dari Mahfudz Politisi PKB DPRD Yos Sudarso Kota Surabaya. Menurutnya, sebagai Walikota sangat tidak baik memarahi bahkan menghardik karyawan.
“Perilaku seperti itu (marahnya Walikota ke Karyawan rumah Sakit Soewandhie) sangat tidak baik,” cetus Mahfudz Sekretaris Komisi B DPRD Yos Sudarso Kota Surabaya.
Dalam keterangannya, Mahfudz menilai, amarah Walikota yang dikenal sering tampil Islami itu dikatagorikan amarah yang melampaui batas. “Ke perempuan kok sampai bilang mata segala. Sangat tidak manusiawi,” tegas Mahfudz menyindir.
Wakil Ketua DPC PKB Kota Surabaya itu mengatakan, tidak semua persoalan bisa diatasi dengan marah-marah. Apalagi yang dimarahi seorang perempuan, dimana saat dimarahi perempuan itu terlihat sudah meminta maaf.
Seharusnya ungkap Mahfudz, cara marah walikota tidak memaki-maki karyawan perempuan. “Sekali lagi sangat tidak manusiawi,” cetusnya lagi.
Jika layanan di Rumah Sakit Soewandhie ada yang tidak baik tutur Mahfudz, panggil saja pimpinan Rumah Sakit yang dianggap bertanggung jawab. “Seharusnya Walikota cukup panggil direkturnya, bahkan kalau perlu pecat direkturnya,” ulasnya.
Mahfudz menambahkan, atas kejadian ini, baik Rumah Sakit maupun Walikota harus meminta maaf secara terbuka. “Rumah sakit harus meminta maaf ke keluarga pasien karena menterlantarkan keluarga pasien. Dan, Walikota harus minta maaf kepada karyawan yang sudah dimaki-maki. Karena itu bukan kesalahan karyawan, tapi kesalahan sistem di rumah sakit tersebut. Ketika sistem yang salah maka penanggungjawabnya yang salah. Direkturnya yang salah. Maka sudah sewajarnya kalau direkturnya tidak becus, Walikota harus memecat direkturnya, bukan memaki-maki karyawannya,” tegasnya.
Seperti yang telah di media massa dan medsos, amarah tak terkendali Walikota berawal dari saat dia sidak ke Rumah Sakit Soewandhie sekitar puku 12,30 WIB.
Setibanya di Rumah Sakit Sowandhie, Walikota mendapat pengaduan dari salah satu pasien. Tanpa basa-basi Walikota mengajak pasien itu naik ke lantai II.
Di Lantai II Walikota langsung mengumpulkan karyawan di ruang berkas. Di ruangan itu, Walikota mulai mengawali marahnya dengan menghardik karyawan mengancam karyawan.
“Kalian semua tak habisi (pekerjaan) semua nanti ya. Aku sudah bilang untuk membuat inovasi agar layanan tidak terlalu lama, masak nunggu dari setengah 8 baru masuk setengah 1 siang. Apa alasannya?” kata Eri dengan nada tinggi, seperti yang terlansir di ngopibareng.
Karena tidak lekas menjawab jawaban dari karyawan. Eri Cahyadi bertiak memanggil salah satu karyawan berseragam coklat sambil menarik tangannya untuk melihat kondsi layanan.
“Ini lho pikiren lah, masyarakat ke sini itu sakit, seperti itu (antrean) harusnya diatur lah, diubah jangan seperti itu. Rumah sakit model seperti ini, dokumennya mirip semua tidak dibetulkan,” terang Eri sambil menunjuk berkas yang miring, terlansir di Ngopibareng.
Belum selesai marah ke beberapa karyawan yang hadir di ruang berkas.Eri mendengar suara pegawai lain yang spontan mengomentari pernyataan Walikota. Dengan spontan, Eri langsung mencari asal usul suara.
“Siapa yang cangkeme ngomong ngunu, rene-rene! (siapa yang berkata itu, kamu kesini),” kata Eri sambil menunjuk arah suara tersebut.
“Matamu lihat sini, kamu lihat masalahnya di bawah sama aku,” sambungnya sambil menarik lengan pegawai wanita itu ke arah lift untuk diajak ke bawah.
Terlihat perempuan itu mengikuti Eri sambil menjawab. “Saya tuh tidak ngomong seperti itu Pak,” kata perempuan itu sambil melipat tangannya di depan dadanya. Beberapa kali terdengar ucapannya meminta pengertian dari Eri Cahyadi, dikutip dari Ngopibareng.