Pesan Ketua Fatayat Surabaya di HSN : Jangan Sekali-kali Hilangkan Jasa Ulama

RAJAWARTA : Dalam rangka menyambut Hari Santri Nasional (HSN) Tahun ini, Camelia Habiba menyematkan pesan penting kepada semua santri dan pemangku kebijakan, khususnya di Kota Surabaya. Pesannya adalah “Jangan Sekali-kali Hilangkan Jasa Ulama (JAS HIJAU)”

Pesan itu disampaikan Ketua Fatayat Kota Surabaya itu beralas pada sebuah gagasan yang dicetuskan KH. Hasyim Asy’ari. “Beliau berhasil mencetuskan Revolusi Jihad Nahdlatul Ulama. Berkat beliau pula lahir sebuah gagasan Hubbul Wathon (Cinta Negara Bagian dari Imam),” jelas Politisi PKB Kota Surabaya kepada media ini.

Untuk menghargai dan menghormati jasa para ulama, maka Presiden RI Joko Widodo menerbitkan Surat Keputusan Presiden 22/2015. Kepres tersebut, memetapkan 22 Oktober sebagai HSN.

Dari Fakta tersebut diatas, Camelia ingin menyampaikan pesan penting kepada semua elemen bangsa bahwa, peran serta Ulama atas Kemerdekaan NKRI, sangat besar.

Dan Alhandulillah ungkap Camelia, berkat jasa para Ulama, para santri (generasi penerus) memiliki andil besar dalam menjaga NKRI. “Bahkan sampai hari ini, jati diri kaum santri sebagai bagian tak terpisahkan dari bangsa Indonesia masih terus mengakar kuat sampai kapanpun,” ujarnya, bernada yakin.

Oleh karena itu, Wakil Ketua Komisi A DPRD Yos Sudarso itu berharap, HSN dijadikan momentum untuk ‘menyuburkan’ semangat revolusi jihad yang pernah digelorakan oleh Ulama.

“Kita tidak ingin HSN hanya dijadikan peringatan dan kegiatan ceremonial. HSN harus dijadikan momen untuk membangkitkan semangat revolusi jihad untuk mengangkat derajat masa depan bangsa,” tukasnya.

Untuk menjaga jasa Ulama ungkap Camelia, maka para santri harus bekerja keras, bahkan harus berani menjadi garda terdepan untuk membangun dan menjaga NKRI. “Santri adalah Masa depan Indonesia. Oleh karena itu Santri harus berdaya menjaga martabat Manusia,” ulasnya.

Diakhir penjelasannya Camelia mengungkapkan, untuk mempertahankan eksistensi santri di era globalisasi, maka ada dua agenda besar yang sangat mendesak Pesantren dan Santri.

Pertama : Pesantren harus melek teknologi dan ilmu pengetahuan (Iptek) sehingga bisa menghasilkan generasi yang sesuai tantangan zaman

Kedua : pesantren harus menjadi bagian dari suporter pembangunan nasional, termasuk didalamnya pesantren harus menjadi kekuatan ekonomi untuk membantu krisis ekonomi dan membangkitkan Ekonomi kerakyatan berbasis Pesantren.

“Untuk mewujudkan Agenda tersebut perlu Intervensi dan peranan Pemerintah Kota terhadap pesantren. Jangan Sekedar penghargaan yang diberikan kepada Santri sebagai pemanis Ritual Tahunan di Balaikota tapi Pesantrean tidak tersentuh Program2 Pemerintah secara konfrehensif,” pungkas Camelia.