RAJAWARTA : Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) menggelar perayaan World Heart Day (Hari Jantung sedunia) dengan memberikan pelatihan berupa bantuan hidup dasar. Pelatihan tersebut, diikuti sekitar 200 peserta terdiri dari perwakilan petugas puskesmas se-Surabaya dan masyarakat umum.
Acara yang dimulai sejak pukul 06.00 Wib itu digelar di Taman Bungkul Surabaya, Minggu (29/09/19). Rangkaian acara dibuka dengan senam pagi bersama sejumlah warga memanfaatkan momen tersebut. Mereka yang hadir tidak hanya orang dewasa, namun anak-anak pun terlihat juga antusias mengikuti senam tersebut.
Wakil Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soewandhie Surabaya, drg. Rince Pangalila, M.Kes. mengatakan, bakti social dalam rangka memperingati World Heart Day ini ada beberapa rangkaian acara. Diantaranya, edukasi hidup sehat, pemeriksaan gula darah dan edukasi bagaimana memberikan bantuan hidup dasar.
“Kegiatan rutin ini biasanya dilakukan 3-6 bulan sekali di rumah sakit. Tetapi ini special, karena itu kami gelar berbeda. Selain itu, kami bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Ciputra, lalu kami mengerahkan tim dari Rumah Sakit dr. Soewandhie 50 orang dokter spesialis dan perawat,” kata drg. Rince saat ditemui di Taman Bungkul Surabaya.
Drg. Rince menjelaskan, sebanyak 50 dokter dan perawat tersebut bertugas memberikan edukasi kepada sejumlah masyarakat yang hadir. Tampak beberapa manekin (boneka manusia) menjadi pusat perhatian sejumlah warga, terutama saat petugas memberikan pengarahan yang dipandu oleh dr. Samuel Sudanawidjaja, Sp.JP, Spesialis Jantung RSUD dr Soewandhie.
“Petugas dari kami memberikan pengarahan dan memberikan pelatihan sampai para peserta faham betul, jadi dipraktikkan sampai benar-benar bisa,” kata drg. Rince.
Dokter spesialis Jantung RSUD dr Soewandhie Surabaya, dr. Samuel Sudanawidjaja, Sp.JP menyampaikan, dalam memberikan penanganan bantuan hidup dasar ini dibutuhkan penanganan cepat dan tepat. Pertama yang harus dilakukan adalah pijatan jantung. “Pijatan jantung ini harus tepat dan dilakukan secara terus menerus sebelum ada reaksi dari korban atau sebelum pertolongan yang lebih besar datang menangani,” kata Samuel.
Samuel mencontohkan, pijatan jantung ini bisa dipraktikkan ketika tiba-tiba ada orang yang mengalami henti jatung, misalnya saat jogging. Maka dari itu, pijatan jantung ini wajib dilakukan, sebab jika dibiarkan henti jantung, maka aliran darah juga akan terhenti. Sehingga dari situ dapat mengakibatkan kerusakan pada otak. “Pijat jantung prinsipnya itu dilakukan selama pasien masih belum ada respon. Ini kan bantuan hidup dasar tapi perannya sangat besar sekali,” jelasnya.
Selain pijat jantung, Samuel mengungkapkan, peserta juga diajarkan memberikan nafas buatan untuk korban. Namun upaya itu tidak harus dilakukan jika penolong tidak bersedia memberikan nafas buatan terhadap korban. “Yang paling penting pijat jantungnya jangan sampai berhenti,” ujarnya
Menurutnya, penangan ini sangat diperlukan. Selain itu, pemahanan ini juga harus dimiliki oleh setiap orang, tidak hanya petugas puskesmas saja. “Jadi kita bisa menolong siapa pun dan dimana pun dengan cepat dan tepat,” terangnya.
Ia berharap, dari edukasi semacam ini, masyarakat dapat menularkan pelatihan ini kepada orang-orang terdekatnya. Harapannya, masyarakat dapat memberikan pertolongan pertama jika terjadi kedaruratan bidang jantung. “Intinya jika terjadi henti jantung mereka paham bisa memberikan pertolongan pertama yang tepat jadi kemungkinan orang untuk ditolong itu lebih besar,” pungkasnya. (*).