RAJAWARTA : Sudah sebulan lebih sejak Januari lalu, honor kader kesehatan dan modin tak kunjung cair. Kiranya, begitulah yang diutarakan warga di wilayah Wonokromo dan Ngagel Rejo ketika menyampaikan keluhannya pada agenda reses Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya Reni Astuti, Selasa (15/2).
Selain itu, beban kerja mereka pun terus bertambah. Peran sosial para kader kesehatan serta modin inilah yang membuat Pimpinan DPRD Surabaya itu memberi atensi tinggi terhadap kontribusi besar mereka.
“Perihal honor kader yang belum cair ini menjadi perhatian yang nantinya menjadi saran dan masukan untuk disampaikan kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya,” ucapnya.
Bagi Reni, fungsi wakil rakyat turun ke masyarakat untuk mendengar serta mendorong secara langsung kepada Pemkot terkait apa yang menjadi pemenuhan kebutuhan warga.
“Ojok ngenteni kader bengok (jangan menunggu kader teriak), pemkot udah bagus menaikkan tapi pencairan sebaiknya juga lancar” imbuh Reni seraya mendorong Pemkot agar lebih memperhatikan ujung tombak para pengurus kampung tersebut.
Para kader kesehatan di wilayah Wonokromo dan Ngagel Rejo misalnya mengeluhkan hal serupa terkait insentif bulan Januari dan Februari 2022 yang belum dicairkan. Mereka juga sempat mengusulkan terkait pembayaran agar dilakukan di awal bulan.
Legislator PKS itu pun menjelaskan bahwa perihal mekanisme penyelesaian administrasi SPJ perlu dilakukan demikian sehingga honor baru akan dicairkan ketika akhir bulan.
Namun harapannya, lanjut Reni, terkait dengan pembayaran insentif oleh Pemkot kepada para pengurus kampung ini dapat berjalan dengan lancar.
informasi keterlambatan pencairan honor ini pun dialami pula oleh Modin. Hal ini, tambah Reni, telah menjadi komitmen Pemkot dalam rangka pemenuhan biaya jasa pelayanan bagi warga pelayan masyarakat.
Diketahui alokasi APBD tahun 2022 untuk insentif para kader kesehatan mengalami kenaikan signifikan dari yang sebelumnya Rp 30.000 menjadi Rp 400.000 per bulannya. Selaras, insentif modin juga mengalami peningkatan dari sebelumnya Rp 400.000 menjadi Rp. 800.000.
“Jasa dan dedikasi panjenengan begitu besar, (sebelumnya) dibayar 30 ribu mlaku, saiki durung oleh bayaran yo tetep mlaku,” ucap Reni mengapresiasi para kader kesehatan.
Hal ini pun selaras dengan banyaknya aplikasi Pemkot yang perlu digunakan oleh para kader sehingga turut menambah beban kerja mereka, salah satunya aplikasi sayang warga. “Aplikasi sayang warga bagus tapi Pemkot juga perlu juga sayang kader,” pungkas Reni.