RAJAWARTA : Hampir setiap tahun Dua Ormas Islam terbesar di Indonesia, NU dan Muhammadiyah selalu berbeda dalam merayakan Hari Raya Idul Fitri.
Sebab Keduanya memiliki cara pandang berbeda dalam menentukan Hari Raya Idul Fitri. Muhammadiyah menggunakan Hisap, sedangkan NU Ruqyah. Berbedaan dua Ormas Islam Itu, juga berdampak pada umatnya dalam bersikap dan merayakan Hari Raya Idul Fitri.
Warsito bacaleg Partai Nasdam Jawa Timur, Dapil 1 Surabaya memiliki sudut pandang cukup yakin akan sikap Warga Surabaya dalam menyikapi perbedaan.
“Kan tidak tahun ini, Muhammadiyah dan NU berbeda dalam merayakan Idul Fitri. Dan pengalaman tahun-tahun sebelumnya mengatakan, umat kedua Ormas itu selalu saling menghormati,” jelasnya.
Seperti diketahui bersama tutur Warsito, untuk tahun 2023 ini, Muhammadiyah menetapkan 21 April sebagai Hari Raya Idul Fitri. Sedangkan NU tanggal 22 April. “Saya melihat Warga Surabaya memiliki tenggang rasa yang tinggi dalam menyikapi perbedaan,” cetusnya.
Tenggang rasa itu kata Warsito berasas pada kebersamaan. “Dengan didasari semangat kebersamaan dan rasa kebangsaan saya yakin ummat Islam di Jawa Timur khususnya di Surabaya sangat menikmati perbedaan dengan toleransi yang sangat tinggi,” jelasnya.
Dia menambahkan, tentang perbedaan Warga Surabaya sudah teruji. Hal tersebut terlihat dari Arek Suroboyo merebut kemerdekaan.
“Jadi Menghormati perbedaan adalah cerminan sikap toleransi warga kota Surabaya,” pungkasnya.