METRO  

Mendengar Harapan Pedagang Kecil di Sekitar Masjid Al Akbar

Penulis : Imam Syafii politisi Partai Nasdem

Minggu pagi (21November 2021) suasana di sekitar Masjid Nasional Al Akbar Surabaya seperti hari Minggu dan hari libur sebelumnya. Warga memadati area di sekeliling masjid terbesar di kota Pahlawan itu.

Ada yang berolah raga. Ada yang belanja di lapak-lapak PKL. Juga ada yang berolahraga sekaligus membeli barang dan makanan para pedagang kecil tersebut. Tak sedikit warga dari luar kota juga datang ke destinasi belanja murah meriah itu.

Saya juga datang. Tapi bukan untuk berolahraga maupun belanja. Saya ada janjian ketemu dengan sejumlah pedagang yang ingin sharing.

Mereka awalnya mau datang ke kantor DPRD Surabaya. Namun tidak jadi setelah saya usul, supaya tidak repot, ketemuannya di dekat lapak mereka. Toh rumah saya di dekat Masjid Al Akbar. Selain itu saya juga ingin melihat keramaian Minggu Pagi di sekitar Masjid Al Akbar pasca Surabaya ditetapkan level 1 PPKM.

Suasananya sudah kembali normal. Saya bersyukur melihat pedagang bisa berjualan dan mengais rezki lagi. Mereka mendapat berkah dari keberadaan rumah Allah yang dibangun zaman Wali Kota Cak Narto itu.

“Yang penting jangan mengabaikan prokes. Supaya Covid tidak melonjak lagi dan sampeyan semua bisa tetap berjualan,” kata saya saat diskusi kecil-kecilan dengan pedagang di sisi ruas jalan tol.

Sambil duduk bersilah di atas tikar plastik, mereka menyampaikan harapannya. Di antaranya terkait kebijakan pemerintah yang akan menerapkan level 3 PPKM saat libur Nataru (Natal dan Tahun Baru) mulai 24 Desember 2021 sampai 2 Januari 2022. Mereka mohon Pemkot Surabaya tidak melarang lagi berjualan.

“Kami siap diatur dan mematuhi prokes,” janji pedagang. Harapan pedagang ini senafas dengan kebijakan walikota dan DPRD Surabaya. Yaitu jangan ada penggusuran PKL selama Covid 19, tapi pengaturan.

Memang, harusnya pemerintah berterima kasih kepada pedagang kecil. Mereka bekerja dengan modalnya sendiri. Padahal pemerintah berkewajiban menyediakan lapangan pekerjaan bagi warganya.

Diskusi yang dimulai pukul 10.00 itu makin gayeng dengan suguhan jemblem, pisang goreng dan singkong goreng. Sehingga tak terasa berakhir saat terdengar azan panggilan salat dhuhur. (*)