UMUM  

Mbah Kirun dan Cak Slenthem Meriahkan Wisuda XXI Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo

RAJAWARTA – Suasana membahagiakan dirasakan oleh 470 mahasiswa/mahasiswi Universitas Maarif Hasyim Latif (Umaha) Sidoarjo yang menjalani proses wisuda pada Minggu pagi (19/11/23), bertempat di Grand Ballroom Hotel Vasa, Jalan. Mayjen HR. Muhammad No.31, Putat Gede, Kec. Sukomanunggal, Surabaya.

Rektor Umaha, dr Hidayatullaah SpS menjelasakan acara Wisuda ke XXI ini sedikit berbeda dilakukan oleh UMAHA. Pasalnya peserta pada tahun ini jumlah yang di wisuda lebih banyak dari tahun sebelumnya.

“Diikuti 470 wisudawan dari 11 program studi (prodi). Tahun ini wisuda digelar bersamaan dari seluruh fakultas yang ada di UMAHA,” ujarnya saat ditemui seusai acara berlangsung.

Lanjut Hidayatullah, berharap kepada wisudawan terbaik dari UMAHA bisa menjaga nama baik kampus. Dengan modal yang diberikan kepada para wisudawan ini bisa bermanfaat bagi masyarakat.

“Saya berharap alumni UMAHA ini bisa menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat luas bukan sebaliknya malah mencari kerja,” tegasnya.

Sedikit berbeda dari kampus yang lainnya. Momentum yang sakral ini UMAHA mengundang komedian kondang Jawa Timur yaitu, H Muhammad Syakirun alias sapaan akrabnya mbah Kirun bersama Cak Slenthem.

Ditanya kenapa mengundang komedian kondang di momen seperti ini ? Hidayatullah menjelaskan wisuda yang digelar di hotel bintang 5 ini memang di sengaja untuk menciptakan suasana yang santai menghibur wisudawan dan orang tua yang hadir mendampingi putra-purti terbaiknya.

“Sakralkan tidak kemudian harus kaku. Intinya kita adalah yang kita ambil dari Mbah Kirun adalah petuah-petuah beliau, dibalik guyonan-guyonan yang disampaikan tadikan pasti ada pesan moral utnuk kita semua,” imbuhnya.

Lanjut Hidayatullah, petuah yang disampaikan dihadapan wisudawan yang bisa kita ambil terkait tembang Gundul-gundul Pacul. Bahwa di dalam tembang tersebut mempunyai makna yang sangat dalam.

“Dalam nanti kita berkehidupan sosial bermasyarakat kita harus membersihkan hati dan pikiran kita, sehingga jangan sampai kemudian seperti beras yang berceceran di jalan yang tidak ada manfatnya,” katanya.