SURABAYA – Data statistik menjadi andalan pasangan calon nomor 1 Pilkada Surabaya 2020 Eri Cahyadi-Armuji dalam debat perdana Rabu malam (4/11). Mulai data tentang Covid-19, pendidikan, kesehatan, sampai pelayanan. Sayang, sejumlah data yang disampaikan tidak akurat.
Salah satunya adalah data tentang kekumuhan. Eri dengan meyakinkan menyebut kekumuhan di Surabaya sudah nol. ”Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Cipta Karya, Surabaya ini sudah nol kawasan kumuh. Parameter kumuh tidak hanya dari pandangan mata,” katanya.
Faktanya, masih ratusan ribu meter persegi kawasan di Surabaya belum bebas dari kumuh. Dalam laman surabaya.go.id, laman resmi milik Pemkot Surabaya, disebutkan jika per 2019 kawasan kumuh di Surabaya mencapai 43,46 ha (setara 434,600 meter persegi). Jumlah seluas itu, tersebar di 21 kelurahan.
Secara kasat mata, kekumuhan memang masih banyak dijumpai di Surabaya. tidak sulit untuk menemukan. Di belakang jalan-jalan protokol yang indah, banyak warga yang tinggal di rumah dengan kualitas yang buruk. Baik sirkulasi, sanitasi, maupun pelayanan dasar lainnya. Contohnya adalah kawasan pemukiman di Morokrembangan dan Sidotopo.
Bahkan, ada sejumlah warga yang tinggal di makam Pegirian. Mereka terpaksa seperti itu karena tidak punya tempat tinggal yang layak. Lebih miris lagi, lebih dari 10 ribu warga yang tidak punya jamban. Buang hajat di sungai.
Soal adanya kekumuhan itu juga dibenarkan Ibnu Shobir Anggota Komisi D DPRD Surabaya. Masih banyak kawasan kumuh yang tidak tersentuh.
”Salah satu program mengatasi kawasan kumuh adalah perbaikan rumah tidak layak huni (rutilahu),” kata Shobir. ”Data 2019, pemkot memperbaiki 1.090 Rutilahu menggunakan dana APBD. Di tahun 2020 juga direncanakan 463 rumah diperbaiki. Itu menunjukkan kawasan kumuh di 2020 tidak 0% karena belum tuntas semua terselesaikan,” jelas anggota dewan dari Fraksi PKS itu.
Shobir berharap, di tahun mendatang, saat kondisi perekonomian sudah rebound dari Covid-19, Pemkot Surabaya bisa lebih perhatian pada penanganan kawasan kumuh. Tempat tinggal yang kumuh, sangat berpengaruh pada kesehatan fisik dan mental warga yang tinggal di sana. Baik warga dewasa, apalagi anak-anak. (*)