SURABAYA – Pandemi Covid-19 memang terasa berat jika dilalui dengan sendiri. Namun jika dilakukan secara gotong royong, pandemi akan bisa dilalui secara bersama-sama. Contohnya seperti yang dilakukan di Bank Sampah Sektor Sampah Berkah atau BSS Samber, Jalan Kedondong Kidul No 12 Surabaya.
Berangkat dari rasa keprihatinan pada anak-anak yang banyak menghabiskan waktu dengan bermain-main selama pandemi, BSS Samber yang diketuai, Mahmudah, bekerjasama Karang Taruna Kecamatan Tegalsari, mendirikan tempat belajar berbasis masyarakat di Pos Bank Sampah BSS Samber.
Menurut Ketua Komisi D DPRD Surabaya, Khusnul Khotimah, saat mengunjungi BSS Samber mengatakan, bimbingan belajar ini sangat bermanfaat untuk siswa yang selama pandemi sekolah secara daring. Mereka bertugas mendampingi dan mengajari pelajaran yang kurang dipahami saat daring.
“Saya memberikan apresiasi kepada Mahmudah yang telah mendirikan pendampingan belajar di BSS Samber dan Karang Taruna, yang telah mengorbankan waktunya untuk mengajar para siswa. Total siswa yang saat ini mengikuti pendampingan bejalar mencapai 202 siswa yang mayoritas duduk di bangku SD,” ujar Khusnul, dikonfirmasi seusai melakukan kunjungan di SSB 10, Kecamatan Tegalsari, Senin (13/9/2021).
Rata-rata siswa yang mengikuti pendampingan belajar di BSS Samber ini, kata Wakil Ketua DPC PDI Perjuangan Surabaya ini, berasal dari kalangan MBR (masyarakat berpenghasilan rendah). Jadi untuk ikut les menambah jam belajar secara mandiri sepertinya tidak mungkin.
Dalam pelaksanaan pendampingan belajar ini, kata Khusnul, sebenarnya ada kendala jaringan internet yang kurang. Selain itu, banyak dari siswa yang tidak punya gawai untuk melakukan daring. Meski di tengah keterbatan itu, proses pendampingan belajar berjalan lancar.
Oleh karena itu, kata Khusnul, agen bank sampah BSS Samber terus memutar otak. Misalnya, dengan membuat bank dari sampah plastik yang dikumpulkan warga RT 10. Sehingga, warga mengumpulkan sampah pada agen untuk ditukar menjadi uang. Uang yang terkumpul itu kemudian ditabung atau didonasikan untuk kelompok belajar. Hasilnya digunakan untuk beli pulsa dan kue supaya siswa semangat belajar.
Mengenai wifi, ujar Khusnul, juga menjadi masalah yang harus dihadapi BSS Samber. Selama ini masih menggunakan modem untuk belajar daring. Penggunaan modem ini dibeli hasil swadaya masyarakat itu juga lemot. Terkadang juga memakai hotspot dari Karang Taruna. Namun hal itu juga tak bisa terus digunakan.
Menurut politisi perempuan PDI Perjuangan ini, apa yang dilakukan di BSS Samber adalah wujud nyata gotong royong untuk menyiapkan SDM yang berkualitas dan unggul. Oleh karena itu, dirinya mengapresiasi dan ikut mendorong berdirinya pendampingan belajar lainnya di Surabaya.
“Bu Mahmudah yang menggagas berdirinya pendampingan belajar ini patut mendapat apresiasi. Beliau ikut menyiapkan generasi berkualitas di masa depan. Keberadaan kelompok belajar itu mendorong upaya pembagian time management siswa supaya lebih berimbang. Terima kasih Bu Mahmudah, terima kasih Karang Taruna Tegalsari,” tandasnya. [*]