RADJAWARTA : Kampanye Akbar pasangan Calon Presiden (Capres), dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) Sandiaga Uno yang digelar di Gelora Bung Karno (GBK) Senayan Jakarta mengundang tanggapan miring. Anggapan itu menyebut, bahwa kampanye Akbar Prabowo-Sandi tersebut tidak lazim dan tak inklusif.
Bahkan surat SBY yang disampaikan khusus kepada pengurusnya yang khawatir kampanye Prabowo-Sandi berlangsung tidak lazim marak baik di medsos maupun di media masa.
Menanggapi anggap miring tersebut, Koordinator Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN), Dahnil A Simanjuntak dengan ungkapan menyindir membenarkan bahwa kampanye Prabowo-Sandi yang berlangsung Minggu (7/4) tidak lazim.
Berikut tanggapan @dahnilanzar :
“Kampanye Prabowo-Sandi memang tidak lazim, karena melibatkan gelombang keikhlasan rakyat yang datang tanpa iming-iming amplop dan sembako, serta penuh kegembiraan, serta rela menginap di lokasi serta hotel-hotel sekitar dengan biaya sendiri dan subuhan berjamaah, serta doa lintas agama,”
sementara Andree Rasiade juru bicara BPN menggangap Surat SBY yang marak diperbincangnya sebenarnya tidak masalah, karena dalam surat SBY tersebut berisi saran.
“Ya menurut saya sih nggak ada maslah Pak SBY namanya juga masukan dan saya rasa masukannya bagus dan faktanya memang acara itu memang dimulai dengan solat subuh berjemaah, ada dzikir dan doa,” jelasnya kepada beberapa pemburu stetemen (7/4).
Andre sangat tidak sependapat jika kampanye Prabowo di GBK tersebut dianggap tak inklusif. Sebab, fakta yang terjadi di GBK membantah tudingan itu (tak inklusif).“Tapi, faktanya, asetelah acara itu selesai, khan mulai kampanye akbar seluruh agama hadir. Ada Pak Hashim, Natalius Pigai, lalu Lieus Sungkharisma hadir, lalu juga ada biksu yang hadir. Hadir semua perwakilan agama, tidak eksklusif lagi tapi inklusif. Memang paginya ada yang tahajud. Khan nggak mungkin agama lain ikutan tahajud, ikut subuh berjamaah, dzikir. Tapi setelah jam 7 semua agama masuk di acara,” tuturnya.