RAJAWARTA : Gelaran Kualifikasi Piala AFC U-20 tahun 2023 tinggal hitungan hari. Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) Surabaya pun telah memastikan kesiapannya sebagai venue pertandingan yang akan dihelat pada 14 – 18 September 2022.
Gelaran olahraga yang menyita perhatian dunia ini, menuai sorotan Agung Prasodjo, Sekretaris Komisi C DPRD Yos Sudarso Kota Surabaya (13/9/2022).
Agung yang juga politisi Partai Golkar itu mengakui, bahwa semangat Walikota Surabaya Eri Cahyadi dalam ‘menjual’ kota Surabaya sangat layak untuk mendapatkan apresiasi.
“Kalau walikota itu menjual Surabaya sudah tidak main-main, pakai medsos pakai media Instagram, tiktok dll. Tapi Dinasnya tidak bisa mengikuti langkah Pak Wali,” cetus Agung bernada kecewa.
Loh kok bisa? Tanya media ini. Agung kemudian menjelaskan, secara fisik (GBT) sudah sangat siap dalam menyambut Kualifikasi Piala AFC U-20 tahun 2023, namun dari sisi penyambutan kedatangan tim masih jauh dari harapan.
“Secara fisik (GBT) iya. Tapi secara penyambutan dari artistik tidak ada,” tukas Agung di ruang Komisi C DPRD Yos Sudarso.
Seharusnya lanjut Agung, Jika Walikota sudah menyatakan siap, maka Kepala Dinas Kebudayaan, Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disbudporapar) Kota Surabaya Wiwiek Widayati harus menyemarakkan iven tersebut.
“Harus semarak. Kalau namanya semarak kan ada umbul-umbul, benner penyambutan kedatangan tim (Selamat Datang) dll. Ini tidak ada sama sekali,” ulasnya.
Agung menjelaskan, ivent level dunia itu harus disemarakkan. Selain dipasang Umbul-umbul, benner ucapan selamat datang. Di sekitar GBT harus dipasang bendera-bendera tim sepakbola dan bendera-bendera Negara peserta. “Tapi saya lihat tidak ada,” cetusnya.
Hal tersebut diketahuinya, tatkala Agung melakukan sidak ke GBT sehari yang lalu. “Kalau masalah pagar yang menjadi tanggung jawab DPRKPP sudah siap. Tapi yang menjadi tanggung jawab Disbudporapar sama sekali tidak ada,” tambahnya.
“Ketika saya sidak di GBT, saya tidak melihat ada penghelatan dunia. Masak kalah dengan sepak bola Galadesa. Saya sangat kecewa melihat fakta itu,” ujarnya.
Oleh karenanya, Agung berharap bahkan meminta Kadisbudporapar Kota Surabaya untuk meletakkan jabatannya. “Kalau memang nggak mampu melaksanakan Dinasnya, ya sudah ngomong saja apa adanya ke Pak Wali. Pak saya sudah tidak kuat (nggak mampu),” pungkasnya.