RADJAWARTA : Pemerintah Kota Surabaya beserta Forum Pimpinan Daerah menggelar upacara Hari Pendidikan Nasional(Hardiknas), Hari Kebangkitan Nasional(Harkitnas)danHari Otonomi Daerah(Otda) di Taman Surya halaman Balai Kota Surabaya, Kamis (2/5/2019). Pada saat itu, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menjadi komandan upacara dan membacakan sambutan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Muhajir Effendy.
Bahkan, pada saat itu Wali Kota Risma memberikan piagam penghargaan kepada pemenang lomba guru dan tenaga kependidikan berprestasi dan berdedikasi di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Surabaya 2019. Piagam penghargaan itu diberikan kepada kategori guru tingkat taman kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Selain itu, ada pula kategori Kepala Sekolah tingkat TK, SD, dan SMP. Serta kategori Tenaga Administrasi tingkat SD dan SMP. Termasuk pula kategori Tenaga Perpustakaan tingkat SD dan SMP dan Tenaga Laboran tingkat SMP.
Setelah upacara, jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) juga menggelar donor darah di Balai Kota Surabaya. Mereka sangat semangat dan antri mengikuti donor darah itu.
Pada kesempatan itu, Wali Kota Risma memaknai Hardiknas, Harkitnas dan Hari Otonomi Daerah dengan mengajak semua masyarakat untuk selalu belajar dan menerapkan long life learning (belajar sepanjang hayat). Sebab, setiap hari selalu ada perubahan. “Jadi, sampai kapan pun kita harus terus belajar, tidak ada lagi batasan usia untuk belajar karena setiap saat selalu ada perubahan,” kata Wali Kota Risma seusai upacara.
Menurut Wali Kota Risma, dengan terus belajar itu, maka diharapkan bisa mengantisipasi apapun yang yang terjadi ke depannya. Bagi dia, belajar itu tidak hanya di dalam kelas saja, namun lebih luas belajar tentang perkembangan yang ada di sekitarnya. “Tidak ada yang tahu, tiba-tiba datang banjir yang tidak pernah kita menyangka, maka kita harus belajar mengantisipasinya,” kata dia.
Wali kota perempuan pertama di Kota Surabaya itu juga menjelaskan bahwa nilai yang dikatakan berhasil bukan hanya sekedar mendapatkan nilai Matematika di angka 10. Tapi lebih dari itu harus meningkatkan pengetahuan dan wawasannya. “Meskipun dia juara kelas atau juara lomba-lomba, tapi kalau dia tidak menghormati orang tuanya dan gurunya, menurut saya itu tidak berhasil,” tegasnya.
Oleh karena itu, nilai yang baik itu adalah nilai manusia secara utuh. Artinya, dia mendapatkan nilai terbaik di sekoah dan juga menghormati orang tua dan guru-gurunya. “Itu menurut saya jauh lebih penting, karena akan berpengaruh suatu saat kelak apabila dia menjadi seorang pemimpin,” imbuhnya.
Wali Kota Risma menambahkan, pemimpin itu tidak mesti menjadi bupati atau pun wali kota. Namun bisa juga menjadi direktur di suatu perusahaan atau pimpinan di suatu instansi atau lembaga. Karena dia sudah terbiasa menghormati orang lain, maka ketika menjadi pimpinan, dia akan tetap menghormati orang lain, karena hal itu sudah biasa dia lakukan.
“Kalau tidak belajar menghormati dan menghargai orang lain, maka dia tidak akan pernah menjadi pemimpin yang baik. Jadi, mulai sekarang, nilai bagus itu bukan hanya sekedar nilai mata pelajaran, tapi nilai dalam kehidupannya juga harus baik, yaitu menghargai dan menghormati orang lain,” pungkasnya. (*)