RAJAWARTA : Dalam momen peringatan Hari Ibu yang jatuh pada 22 Desember 2019, Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini berpesan kepada kaum perempuan agar tak pesimistis pada kemampuan, serta menyerah pada keadaan. Menurutnya, dalam kondisi apapun, kalangan perempuan harus tetap semangat.
“Bagi perempuan siapapun dia, entah berpendidikan atau tidak. Kita tak boleh menyerah dalam situasi apapun. Kalau kita menyerah, maka anak-anak kita ikut lembek. Sebaliknya, jika semangat, meski dalam kondisi berat, anak-anak kita akan ikut semangat,” kata Wali Kota Risma.
Perempuan pertama yang menjabat Wali Kota Surabaya ini menegaskan, bahwa kesuksesan dalam bidang apapun bisa diraih oleh kaum perempuan. Karena, Tuhan itu adil. Namun, menurutnya, seringkali kalangan perempuan terkadang lupa, manakala sudah mendapatkan akses yang lebih tinggi.
“Mungkin pendapatan kita-kita (istri, red) lebih tinggi dari suami, kemudian lupa bahwa kita seorang ibu. Ibu dari anak-anak kita, dan istri dari suami kita yang membutuhkan perhatian,” terangnya.
Oleh karena itu, Wali Kota Risma berpesan, bahwa bentuk perhatian yang diberikan oleh seorang ibu, tidak harus berada di dekatnya terus. Bentuk perhatian tersebut, bisa ditunjukkan dengan mengetahui kondisi dalam keluarga. “Kita perhatikan ada masalah apa, kemudian mereka (suami dan anak) maunya apa, kita harus tahu,” jelasnya.
Presiden UCLG Aspac ini pun meminta, meskipun pendapatan yang didapat seorang ibu lebih tinggi dari suaminya, namun tidak seharusnya bertindak semaunya kepada suami dan anak. “Itu gak mungkin, kita tetap punya kodrat, sebagai seorang istri dan ibu,” tegasnya.
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP5A) Kota Surabaya, Chandra Oratmangun mengharapkan para ibu di Kota Pahlawan bisa berdaya secara ekonomi. Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya telah melakukan pengembangan ekonomi kreatif melalui Program Pahlawan Ekonomi. Ia berharap, program tersebut bisa dimanfaatkan oleh para Ibu untuk membantu perekonomian keluarga.
“Ibu merupakan tiang keluarga. Jadi, perempuan harus tangguh, berdaya secara ekonomi. Dari rumah mereka bisa menjual produk-produk secara on line untuk mendukung suami,” harap Chandra.
Chandra mengakui, bahwa tugas ibu sangat berat. Apalagi, di era saat ini, mereka juga dituntut untuk multi tasking (tugas ganda-red). Untuk itu, ia mengaku salut, karena kini banyak ibu yang bisa menjalankan tugas-tugasnya di rumah tangga, sosial, politik maupun lainnya.
“Laki-laki dan perempuan bisa saling mengisi. Karena perempuan juga bisa berkiprah di berbagai bidang,” tuturnya.
Dalam memperingati Hari Ibu, DP5A menyelenggarakan berbagai kegiatan capasity building, seperti kegiatan edukasi siaga bencana para ibu rumah tangga di Gedung Siola. Kegiatan Capasity Building diikuti PKK, Relawan Pusat Krisis Berbasis Masyarakat dan beberapa komunitas lainnya
Menurutnya, program ini bertujuan untuk mengantisipasi terjadinya bencana di musim hujan. “Sebagian besar para ibu kan di rumah, kalau terjadi bencana di sekitarnya agar cepat menanggulangi,” katanya.
Kemudian pihaknya juga melakukan sosialisasi undang-undang Perlindungan Perempuan dan Anak. Sehingga, nantinya diharapkan kalangan perempuan yang mengikuti bisa mensosialisasikan ke kader-kader PKK yang ada di lingkungan masing-masing. (*)