RAJAWARTA : Bulan Bung Karno yang jatuh pada Bulan Juni, disongsong meriah oleh seluruh kader PDI Perjuangan Kota Surabaya, beberapa acara pun sudah siap disajikan untuk ‘mengkramatkan’ bulan Bulan Bung Karno.
Hal tersebut disampaikan Baktiono Sekretaris DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya usai mengikuti tapat di Kantor DPC PDI Perjuangan Jalan Stail 6 Surabaya (1/6/2022) malam hari.
“Dalam rangka menyambut dan memeriahkan Bulan Bung Karno sudah kita siapkan beberapa acara hampir sebulan penuh,” tukas Baktiono yang juga Ketua Komisi C DPRD Yos Sudarso.
Dari sekian acara Bulan Bung Karno yang sudah tersusun rapi. Baktiono menyisipkan pendapatnya. Pendapat yang dimaksud adalah, Kota kelahiran yang didengungkan Orba, kota kelahiran Bung Karno, Kota Blitar.
Padahal tukasnya, dari hasil investigasinya dengan tim yang diketuainya, ditemukan bahwa kelahiran Bung Karno bukan di Blitar, tapi Kota Surabaya.
Jadi di Bulan Bung Karno ini, Baktiono menegaskan, bahwa kota kelahiran Bung Karno Bukan di Blitar, tapi Kota Surabaya. Penegasan itu, sesuai dengan data yang dikantonginya.
Menurut Baktiono, sejarah Kota Kelahiran Bung Karno yang dipelesetkan oleh Orba harus diluruskan. Asa dari pelurusan sejarah ini, agar regenerasi bangsa ini tidak tersesat dalam membaca sejarah.
Oleh karena itu, Baktiono meminta Pemerintah Pusat, yakni Kemendikbud harus ikut serta meluruskan sejarah Kota kelahiran sang Putra Fajar.
Kenapa harus Kemendikbud? Karena ungkap Baktiono, hingga hari ini buku pelajaran di sekolah-sekolah yang ia temuan ternyata masih tertulis Kota kelahiran Bung Karno Kota Blitar. Jadi dalam hal ini Kemendikbud harus ikut meluruskan sejarah.
Berikutnya ungkap politisi 5 periode sebagai Wakil rakyat ini, dirinya mengusulkan, baik ke DPP PDI Perjuangan maupun ke Pemerintah Pusat, setiap warga masyarakat dari luar daerah yang masuk ke Surabaya diwajibkan berkunjung ke rumah kelahiran Bung Karno di Jalan Pandean Gang 4/4 Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng Kota Surabaya.
Agar masyarakat dari luar Kota Surabaya berminat berkunjung ke Rumah Kelahiran Bung Karno, maka harus diteladani oleh pejabat-pejabat PDI Perjuangan yang menduduki jabatan di legislatif maupun eksekutif, baik dari Pusat hingga daerah.
Usulan ini ujar Baktiono, tidak ubahnya dengan tradisi masyarakat di Indonesia yang berziarah ke Makam Bung Karno di Kota Blitar. Oleh karenanya, Baktiono berharap kedua usulannya, yakni merevisi Kota kelahiran Bung Karno, dan mewajibkan Kader PDI Perjuangan berkunjung ke rumah kelahiran Bung Karno, diamini oleh DPP dan Pemerintah.