METRO  

Di Balik Surabaya Kota Layak Anak Dunia, Kasus Perundungan Meningkat Hingga 20%

RAJAWARTA : Kota Surabaya secara resmi menerima pengakuan internasional sebagai Kota Layak Anak Dunia akreditasi dari United Nations Children’s Fund (UNICEF), serta bergabung dalam jaringan global Child Friendly Cities Initiative (CFCI) bersama kota layak anak di seluruh dunia. Momen ini menjadi sejarah baru bagi anak-anak di seluruh Kota Pahlawan.

Ya memang benar pengakuan UNICEF ini membanggakan bagi Warga Surabaya, bahkan Indonesia. Tapi di balik prestasi membanggakan tersebut, di sejumlah sudut kota masih terdengar kasus-kasus Pelecehan, perundungan, dan Pemerkosaan terhadap Anak.

Sejumlah kasus Anak di Kota Surabaya berceceran di sejumlah media massa. Lihat saja tahun ini (2024) kasus pemerkosaan bisa disebut selengkap jumlah jari di tangan. Itu artinya hampir setiap bulan ada kasus pemerkosaan terhadap Anak di Surabaya.

Terkait dengan kasus pemerkosaan terhadap anak di Kota Surabaya seringkali terdengar santer ke gedung parlemen Yos Sudarso Kota Surabaya. Beberapa legislator juga pernah turun tangan untuk menuntaskannya.

Bagaimana dengan kasus Perundungan alias Bullying di Kota Surabaya? Berdasarkan jejak digital, sampai bulan Agustus tahun 2024. Kasus Bullying terhadap anak di Kota Surabaya meninggkat hingga 20%.

Ironisnya, Bullying terhadap anak sering terjadi di sejumlah sekolah di Surabaya. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat yang nyaman bagi anak-anak, malah terkesan menjadi ‘sarana’ pembuliyan.

Catatan media ini harusnya menjadi beban hidup bagi semua pihak termasuk Legislator dan eksekutif sebagai eksekutor peraturan.

Sedangkan Legislator harus memaksimalkan fungsinya sebagai fungsi kontrol atas peristiwa-peristiwa yang mendera anak-anak di Kota Surabaya. Bila fungsi legislator di Parlemen berjalan maksimal dan eksekutif selalu merespon positif baik suara masyarakat yang diwakilkan ke lagislator, maka tidak akan ada lagi kalimat “Dibalik Prestasi, banyak Snowjob di Sudut Kota”

Penulis : Sade