Cerita Covid : Tanpa Kedua Orang Tuanya Ajeng and Glady Jalani Ijab Qabul

Penulis : Imam Syafii Anggota DPRD Yos Sudarso

Alhamdulillah saya bisa ikut menyaksikan langsung ijab qabul Ajeng dan Glady, Kamis pagi, 28 Oktober 2021.

Ibu dan bapak Ajeng tidak hadir dalam acara pernikahan anak tunggal mereka itu.

Bapak Ajeng meninggal ketika sedang isolasi mandiri Covid 19 di rumahnya Tambaksari, Juli lalu. Yaitu saat serangan dahsyat badai kedua (second wave) virus mematikan itu. Empat hari kemudian, ibu Ajeng menyusul menemui ajal. Bedanya hasil swab antigen ibu Ajeng negatif.

Meski begitu ibu ajeng tidak bisa dimakamkan secara “normal”. Warga setempat masih mengaitkan dengan virus Covid yang merenggut nyawa bapak Ajeng. Warga menolak jenazah ibu Ajeng dimakamkan dekat rumahnya.

Ajeng pun mengalah dengan stigma dan penolakan warga itu. Ibunya akhirnya dimakamkan di TPU (tempat pemakaman umum) khusus Covid di Sukolilo. Seperti bapak Ajeng.

Akad nikah pernikahan Ajeng dan Glady yang dihadiri Imam Syafii

“Pak Imam, minta tolong lagi dicarikan ambulan untuk ibu. Saya ikhlas jenazahnya diproses secara Covid,” kata Ajeng saat telpon saya kala itu.

“Yang penting ibu saya bisa secepatnya dimakamkan,” sambung Ajeng.

Saya mulai berkomunikasi dengan Ajeng ketika bapaknya meninggal. Dia minta tolong mencarikan ambulan untuk membawa jenazah bapaknya dari rumah duka ke TPU Sukolilo.

Saat itu memang sangat sulit mencari ambulan. Baik untuk orang sakit maupun jenazah. Covid 19 betul-betul sedang mengganas di Surabaya. Korban meninggal Covid bisa mencapai 200 orang setiap hari. Rumah sakit overload. Juga harus antre berjam-jam untuk mendapat mobil ambulan, pemulasaran jenazah, hingga pemakaman.

Ritual sungkem pengantin berlangsung khidmat

Ajeng sedianya merencanakan menikah dengan Glady tahun depan. Namun rencana itu dimajukan karena Ajeng kesepian setelah kedua orang tuanya meninggal.

Ajeng dan Glady terlihat amat bahagia begitu prosesi pernikahan secara Islam tersebut selesai.

Semoga momen spesial ini menjadi awal datangnya kebahagian-kebahagian berikutnya bagi Ajeng dan suaminya yang juga teman semasa kuliahnya di Ilmu Politik Unair itu.

Kesedihan tidak akan terjadi terus menerus. Setelah itu pasti akan datang kebahagian.

Jangan larut dalam kesedihan. Jika sabar dan tawakal, insya Allah akan indah pada saatnya.

Semoga Ajeng dan Glady menjadi keluarga sakinah, mawaddah, warrahmah…