Buchori Imron : Reses Bisa Bikin Anggota Dewan Tidak Punya Arti di Mata Masyarakat

RAJAWARTA : Buchori Imam Wakil Rakyat DPRD Yos Sudarso berharap Pemkos merealisasikan atau mengeksekusi setiap aspirasi masyarakat yang diperoleh dari Reses. Karena kalau tidak, baik Pemkos maupun anggota dewan sama-sama dirugikan.

Politisi PPP itu menjelaskan, jika hasil reses tidak dieksekusi oleh Pemkos, maka anggaran yang dikeluarkan Pemkos untuk anggota dewan yang reses menjadi sia-sia.

“Padahal setiap reses, anggota dewan dibekali (uang) oleh Pemerintah dengan menggunakan uang APBD. Percuma beban biaya yang sekian banyak, waktu, tenaga yang terbuang, tapi aspirasi warga yang dibawa dewan tidak dieksekusi. Kalau begini siapa yang rugi?,” tukas Buchori di ruang kerjanya (23/2/2022).

Kembali Buchori berharap, untuk kedepannya, setiap resesnya anggota dewan jangan sampai tidak terbaca atau tidak terealisasi. “Sekali lagi ini menjadi sia-sia,” cetusnya.

Buchori berkisah, dalam setiap reses aspirasi yang disampaikan masyarakat ke anggota dewan tidak jauh beda. “Tentu berkaitan dengan lingkungan. Apa itu? Biasanya yang diminta pavingisasi, PJU, air PDAM, drainase yang belum terurus dengan baik, termasuk persoalan yang terkait dengan sampah,” ujarnya.

Jujur saja jelasnya, setiap mau melaksanakan reses selalu khawatir. Sebab setiap reses banyak usulan dari masyarakat bahkan permintaan. “Reses itu kan ketemu masyarakat untuk menjaring aspitasi. Artinya saya senanh bisa bertemu masyarakat. Tapi begitu aspirasi itu tidak terealisasi kan kita dag dig dug,” ujarnya.

Oleh karena itu, Buchori berharap kerja sama antara Pemkos dengan legislator bisa terjadi dengan baik. Caranya cukup mudah, yakni merealisasikan setiap usulan warga yang diperoleh dewan melalui reses.

Sekedar untuk diketahui ungkap Buchori, belakangan ini aspirasi warga bisa tersalurkan dengan dua cara. Pertama melalui dewan, dan yang kedua bisa langsung ke Pemkos melalui Musrenbangkel.

“Kalau yang direalisasikan hanya dari Musrenbangkel, sementara dari Dewan tidak. Kita (anggota Dewan) bisa babak belur, karena tidak punya arti di mata masyrakat,” tukasnya.