Bayi 2,5 Tahun Kejang-Kejang, Puskesmas Keputih Tak Siap Oksigen

RAJAWARTA ; Pelayanan Puskesmas Keputih Sukolilo Surabaya sungguh buruk. Bayangkan saja, Minggu siang kemarin, bayi berumur 2,5 tahun yang kejang-kejang dibawa orang tuanya ke Puskesmas untuk mendapat pertolongan pertama.
Tapi ternyata “tidak ada” oksigen di Puskesmas yang buka 24 Jam dan memiliki layanan IRD (Instalasi Rawat Darurat) tersebut. Bapak dan ibu bayi pun bergegas ke RS Putri yang tidak jauh dari Puskesmas.
Syukurlah setelah mendapat bantuan pernafasan oksigen melalui hidung, kondisi si bayi pun membaik.
“Dalam bahasa medisnya, anak saya menderita KDS (kejang, demam, sederhana). Kalau tidak segera diberi oksigen bisa merusak syaraf secara permanen” kata ibu bayi yang juga dokter itu.
Ahli virus ini kemudian menyampaikan pengalaman pahitnya itu kepada temannya, anggota DPRD Surabaya Imam Syafi’i. “Untuk menjadi bahan evaluasi. Supaya tidak menimpa pasien lainnya. Oksigen kan wajib ada. Apalagi di IRD, masak tidak siap oksigen,” terang ibu tiga anak ini sembari membandingkan pelayanan di Puskesmas tempat dinasnya dulu di Gunung Kidul, Jogja.
Senin sore, Imam Syafi’i mendatangi Puskesmas Keputih. Politisi Partai Nasdem ini menyampaikan pengaduan masyarakat itu kepada Kepala Puskesmas Drg Siti Rozaimah.
Imam dan Siti kemudian mengecek ke IRD Puskesmas. Kami ditemui dr Maria yang sedang berjaga. Dokter Maria menunjukkan tabung kecil berisi oksigen. Namun tidak ada regulatornya. “Hari minggu kemarin regulatornya dibawa ambulan Puskesmas bersama emergency kit. Kami dapat tugas P3K di event olah raga di lapangan Mulyorejo,” cerita dr Maria.
Imam geleng-geleng kepala mendengar cerita ini. “Lantas kalau ada pasien dengan kondisi kritis dan butuh oksigen gimana?,” tanya Imam. Maria cuma diam. Juga kepala Puskesmas.
Sebetulnya ada dua regulator tabung oksigen di Puskesmas. Yang satu di IRD dan satunya lagi di ruang persalinan. Kebetulan Minggu siang kemarin, regulator di ruang persalinan sedang dipakai ibu yang melahirkan.
“Kami sudah lama mengusulkan tambahan regulator ke dinkes. Tapi belum dikasih,” terang Maria. Sebelumnya Puskesmas punya 5 regulator. Yang tiga rusak setelah sering dipakai saat banyak pasien kena Covid 19.
Imam juga menanyakan kenapa sekarang regulator tidak dipasang di tabung oksigen di IRD? Padahal ambulan terlihat berada di depan Puskesmas. “Regulator ada di ambulan bersama emergency kit karena ada jadwal piket Call Center 112. Ambulan standby jika sewaktu sewaktu ada panggilan darurat,” jelasnya.
Rasanya sulit diterima akal sehat jika regulator tabung oksigen dipakai gantian di IRD dan ambulan. Harganya tidak mahal. Cuma ratusan ribu. Tapi keberadaannya sangat vital untuk menyelamatkan nyawa.
Selain itu, sejak tahun 2022, Pemkot Surabaya sudah menetapkan Puskesmas sebagai BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) untuk menambah pendapatan. Mestinya sebelum jadi BLUD, semua sarana dan fasilitas medis dilengkapi dulu.
Menurut Imam, warga memilih mendapat pelayanan kesehatan ke Puskesmas karena dekat dan murah. “Jangan sampai karena murah lalu menomorduakan keselamatan, seperti anekdot murah njaluk slamet,” kata Imam dengan logat madura. Seharusnya, lanjut Imam, ya murah ya selamat. (*)