RAJAWARTA – Seminggu lalu, Kosgoro 1957 Jawa Timur mengirim kado celana dalam (perempuan) ke Komisi D DPRD Yos Sudarso Kota Sorbejeh. Satu alasan yang disampaikan Kosgoro, karena Komisi D lambat merespon aduan Kosgoro yang mengadukan persoalan lelang Rumah sakit di kawasan Surabaya Timur dinilainya, penuh kejanggalan.
Selain direspon Komisi D, Baktiono dan Buchori Imron Ketua dan anggota Komisi C DPRD Yos Sudarso Kota Sorbejeh, andil menyampaikan pendapatnya. Jika Herlina Harsono Njoto membalas kado Celana dalam dengan Nasi Padang berlauk Otak. Baktiono dan Buchori Imron menyampaikan pendapat berbeda.
Saat dimintai tanggapannya, Buchori Imron berharap pemberian kado celana dalam tidak terjadi lagi. Sebab hal tersebut jauh dari adab ketimuran.
“Semestinya tidak seperti itu, itu menunjukkan kekurang pendidikan kita, etika kita tergerus. Mestinya kita ini sebagai orang timur, itu etika dipakai,” ujarnya (2/10/23).
Atas dasar tersebut, Buchori mengaku prihatin karena sudah banyak anak bangga yang mengabaikan kesantunan dan kesopanan. Penyababnya adalah karena masalah pendidikan etika dan kesopanan sudah tidak diajarkan lagi.
“Saya prihatin ya dengan dinas pendidikan saat ini, karena mencabut tentang Pendidikan Moral Pancasila dan pendidikan akhlak. Sementara yang ada (Pendidikan akhlak) kan hanya di Pondok Pesantren. Jadi, banyak orang-orang tertentu moralnya dipertanyakan,” pungkasnya.
Berbeda dengan Buchori Imron. Baktiono tidak mempersoalkan pemberian kado berupa celana dalam ke Komisi D. Namun Baktiono menganggap Kosgoro 1957 Jawa Timur tidak adil.
Kenapa? Karena ungkapnya, celana dalam yang dikirim ternyata hanya khusus perempuan. Padahal di Komisi D tidak hanya diisi perempuan tapi juga ada laki-lakinya.
“Kosgoro harus adil. Jangan hanya celana dalam perempuan. Seharusnya yang laki-laki harus dikasih,” ujarnya.
Sebelum mengirim tutur Baktiojo, Kosgoro mengirim utusan untuk mengukur ukuran celana dalam masing-masing anggota dewan di Komisi D. “Kalau mau ngirim, ukuran celana dalamnya harus pas. Makanya sebelum mengirim harus diukur dulu satu persatu. Biar tidak kekecilan atau kebesaran. Yang laki-laki juga harus dikasih biar adil,” pungkasnya.