RAJAWARTA : Salah satu berkah dari Bhenika Tunggal Ika adalah banyaknya budaya di Indonesia. Lihat saja ketika Hari Raya Idul Fitri, setiap daerah merayakan hari kemenangan dengan budaya atau tradisi di daerahnya masing-masing.
Salah satu tradisi unik dan menarik yang dilakukan masyarakat Lampung Barat dalam menyambut datangnya Hari Raya Idul Fitri adalah membakar menara sabut kepala. Lalu, dari mana sabut kepala diperoleh?
Berdasarkan informasi diperoleh rajawarta dari berbagai sumber, setiap malam lebaran, masyarakat Lampung Barat memasak Rendang.
Salah satu bahan untuk memasak rendang adalah buah kelapa. Nah sabut kelapa itulah yang disusun warga di depan rumah masing-masing sehingga menyerupai menara dan dibakar.
Pembakaran sabut kepala yang menyerupai menara tersebut, sebagai tanda rasa syukur warga serta sebagai tanda datangnya bulan kemenangan, yakni Hari Raya Idul Fitri. Tradisi itu juga disebut tradisi malaman di malam takbiran.
Sekedar diketahui, Tradisi Malaman disiapkan sejak siang pada hari terakhir puasa. Anak-anak dan remaja laki-laki akan menyusun batok-batok kelapa itu di halaman depan rumah.
Batok lengkap dengan sabutnya dilubangi dengan alu. Setelah itu, batang cabang dari pohon kopi ditancapkan ke tanah. Batok kelapa yang sudah berlubang tadi disusun di batang kopi hingga menjulang setinggi 1 meter atau bahkan lebih.
Sepulangnya dari shalat di masjid, anak-anak dan remaja membakar sabut kelapa tersebut. Api pun mulai menjalar dari atas hingga ke bawah ”menara sabut kelapa”.
Itulah sekilas tradisi Malam takbiran dalam menyambut hari kemenangan yang dilakukan masyarakat lampung Barat yang sudah berlangsung puluhan tahun.