Penulis :
Nama : Maulidya Nur Baithi
Fakultas : Keperawatan
Universitas Airlangga
Menurut kementerian kesehatan, persentase pengidap gangguan jiwa mencapai sekitar 20% dari total keseluruhan penduduk di Indonesia.
Permasalahan kesehatan mental ini mayoritas dialami oleh remaja. Remaja merupakan sebuah masa transisi menuju era kedewasaan. Remaja memiliki berbagai tingkatan emosi serta sisi labil yang tidak sama antara satu dengan lainnya.
Masalah kesehatan mental yang dialami oleh remaja ini mayoritas bersumber dari lingkungan terdekat. Kondisi psikologis juga mempengaruhi perilaku bahkan gaya hidup yang dilakukan. Dari permasalahan yang tidak dapat dikategorikan biasa tersebut , perlu adanya evaluasi sebagai bentuk pencegahan yang harus dilakukan.
Mental remaja bukan sebuah ajang kompetisi yang saling diadu tanpa memikirkan keselamatan psikis serta fisik-nya. Peran orang tua atau keluarga menjadi pendukung kesehatan mental yang utama. Maka dari itu, parenting yang dilakukan oleh orang tua harus dilakukan dengan pola asuh atau cara yang benar. Orang tua harus memahami masa labil yang dialami oleh remaja, sehingga suatu bentuk tuntutan atau kekangan tidak dilakukan secara berlebihan.
Orang tua tidak selalu memikirkan kehendaknya pribadi tanpa memikirkan kemauan lain dari anak. Anak juga memerlukan kebebasan dirinya untuk berkembang sesuai keinginannya tetapi dengan pendampingan serta pendekatan yang harus terus dilakukan oleh tiap orang tua.
Selain itu, orang-orang terdekat juga dapat menjadi sumber gangguan mental dari remaja. Lingkungan pertemanan yang sehat serta positif sangat diperlukan. Tetapi , lingkungan toxic juga tidak dapat dipungkiri sering terjadi dikalangan remaja.
Hanya diri sendiri yang lebih memahami serta dapat mencari rasa nyaman terhadap orang-orang terdekat yang dipilih. Sehingga , tidak ada gangguan yang memengaruhi pikiran dan perasaan.
Terdapat berbagai faktor yang marak mempengaruhi mental remaja pada saat ini, diantaranya sebagai berikut :
1.) Orang tua membandingkan anak sendiri dengan anak yang lain
Kemauan orang tua yang mengharapkan anaknya untuk mencapai titik yang lebih tinggi terkadang dilakukan dengan proses yang salah. Membandingkan anak dengan anak yang lain dengan harapan anaknya dapat mencapai titik yang sama merupakan cara yang salah. Setiap anak memiliki kelebihan serta proses perkembangan diri yang berbeda. membandingkan pencapaian tersebut secara tidak langsung dapat mengganggu psikis dari anak. sehingga , mental yang bermasalah juga mempengaruhi kemampuan berkembang dari anak.
2.) Banyak tuntutan tanpa arahan dari orang tua Terkadang banyak orang tua yang menginginkan anaknya untuk melakukan sesuatu sesuai yang diinginkannya. Tetapi , hal tersebut tidak diimbangi dengan pendekatan serta dukungan lebih. Orang tua terkesan membiarkan anaknya untuk berproses secara mandiri, karena dianggap telah mumpuni. Padahal , anak hanya menginginkan dukungan dari orang tua untuk dapat mencapai tujuan yang baik.
3.) Lingkungan pertemanan yang toxic
Di era remaja perlu selektif dalam memilih pertemanan. Karena, pertemanan yang sehat juga akan mempengaruhi proses perjalanan pendewasaan dirinya. Banyak hinaan yang berkedok candaan dilakukan tanpa memikirkan perasaan. Mungkin hal tersebut dianggap biasa saja, tetapi setiap orang memiliki mental yang berbeda untuk menghadapinya. Di Dalam pertemanan yang dicari adalah kenyamanan. Jika didalamnya berisi takut atau rasa cemas yang berlangsung secara terus menerus lebih baik tinggalkan pertemanan tersebut, kemudian cari lingkungan pertemanan yang lebih positif serta suportif.
4.) Hilangnya kenyamanan di rumah
Rumah yang dianggap tempat berpulang, beristirahat, serta mencari ketenangan justru berbanding terbalik. Suasana yang diciptakan terkesan penuh dengan tekanan. Konflik yang terjadi antar orang tua, kurangnya kasih sayang orang tua, atau bentakan yang terus terdengar dapat membuat anak merasa jenuh di rumah. Hal tersebut dapat membuat anak merasa tidak nyaman serta memilih menghabiskan waktu yang cukup lama diluar rumah. Mencari kebahagiaan lain diluar rumah atau menciptakan ketenangan di lingkungan luar.
5.) Kritikan berlapis hinaan
Dimasa remaja saat ini, tidak jarang fisik menjadi pusat perhatian yang terus dibicarakan. Berbagai ucapan yang mungkin dianggap hanya biasa menjadi tidak biasa. Seperti , “ kamu sekarang gendutan yaa…” atau “ kamu mending perawatan biar bersih “, serta masih banyak lagi.
Mungkin seseorang yang mengatakan tersebut hanya ingin memberitahu saja, tetapi lawan bicaranya tidak semua dapat menerima apa yang dibicarakan. Kebanyakan jatuhnya menjadi pikiran yang mengakibatkan tidak ada rasa percaya diri pada seseorang tersebut. Karena , tidak semua orang dapat bersikap bodo amat atas perkataan orang lain. Jadi , utamakan menjaga lisan serta berfikir terlebih dahulu sebelum berbicara.
Dari berbagai faktor yang sering terjadi serta mempengaruhi mental remaja di era saat ini tentu penting dilakukannya suatu pendukung terciptanya mental yang sehat pada remaja. Sebagai generasi penerus bangsa, kesehatan mental remaja sangat diutamakan.
Permasalahan -permasalahan yang terjadi menjadi evaluasi dari berbagai pihak yang bersangkutan. Peran orang tua, keluarga, teman, atau orang terdekat juga sangat dibutuhkan. Peran orang tua menjadi pendukung utama dalam menciptakan mental yang sehat.
Melakukan pendampingan serta memberikan arahan yang positif secara berkelanjutan sangat penting untuk diterapkan. Mendukung serta mengapresiasi setiap progres yang dilalui oleh anak sangat berarti besar untuk pencapaian masa depannya.
Selain itu, di era remaja juga harus pintar dalam memilih lingkungan dalam bergaul. Menjalin lingkungan pertemanan yang positif dan suportif. Kemudian , menjauhi lingkungan toxic yang penuh dengan tekanan mental didalamnya.
Diri sendiri yang dapat memilah mana yang terbaik untuk dirinya. Setiap mental seseorang berbeda-beda, kita tidak dapat mengukur kuat ataupun lemahnya mental seseorang. Mental bukan sebuah ajang kompetisi yang harus di adu antara satu faktor dengan faktor lainnya.
Foto by : Pinterest