‘Abaikan’ Kudatuli, Eri Cahyadi Dinilai Gagal Membangun Trust Kader PDIP

RAJAWARTA : Momentum Refleksi dan Doa Bersama Peringatan 26 Tahun Tragedi 27 Juli 1996 atau dikenal dengan nama ‘Kudatuli’ disambut gegap gembita oleh kader PDIP Kota Surabaya.

Bagaimana tidak? Seluruh kader PDI Perjuangan tumpah ruah di Kantor DPC Perjuangan Jalan Stail 8 Surabaya, tempat pelaksanaan Peringatan Kudatuli. Jalan Stail dimerahkan oleh seluruh kader.

Tokoh penting tampak hadir, diantaranya Adi Sutarwijono, Baktiono, Wisnu Sakti Buana bahkan Wakil Walikota Surabaya Ir Armuji juga nampak hadir.

Sayangnya, Peringatan Hari ‘Kramat’ itu dinilai belum lengkap, sebab Eri Cahyadi Walikota Surabaya yang diusung PDI Perjuangan dalam Pilkada dua tahun lalu tidak tampak hadir.

Ketidakhadiran Eri Cahyadi diacara Setahun sekali ini sangat disayangkan oleh Pengamat Politik dari Univertitas Trunojoyo Madura, Surokim Abdussalam.

Kenapa? Karena Surokim khawatir ketidakhadiran Eri Cahyadi memunculkan kesan di tengah masyarakat, bahwa Eri Cahyadi menjaga jarak dengan kader PDI Perjuangan Kota Surabaya. “Saya hanya khawatir ada kesan, Eri Cahyadi ada jarak dengan kader PDI Perjuangan,” cetus Surokim mengawali wawancara (28/7/2022).

Seharusnya, momen peringatan Kudatuli tidak dilewatkan oleh Eri Cahyadi. Sebab momen itu bisa jadi sarana untuk mendekat Kader dengan Walikota kebanggaan Arek surabaya.

“Sebenarnya saya melihat itu (peringatan Kudatuli) momentum penting untuk tidak dilewatkan untuk membangun semangat soliditas sebagai kader,” ungkapnya.

Seperti diketahui lanjut Surokim, Eri Cahyadi saat ini tercatat sebagai kader PDI Perjuangan. Apalagi, kader PDIP memandang Peringatan Kudatuli dianggap sangat penting. “Peringatan Kudatuli dianggap penting karena bisa jadi alat penguat identitas, menguatkan kesejarahan, sejarah tentang lahirnya PDIP, sejarah bagaiamana PDIP bisa besar, dll,” tutur Surokim.

Surokim juga menilai, ketidakhadiran Eri Cahyadi dalam peringatan Kudatuli banyak hal penting yang menguntungkan dilewatkan Eri Cahyadi.

“Sebenarnya kalau Pak Walikota datang, bisa dapat efek banyak itu, Pertama menguatkan Pak Walikota sebagai Kader PDIP, berikutnya makin mendapatkan trust gitu ya dari kader-kader Genuine organik yang lain,” tukasnya.

Selain itu, ungkap Surokim Kader-kader PDIP Kota Surabaya akan menganggap Eri Cahyadi adalah kader yang mudah beradaptasi, dan memiliki ikatan bathin yang kuat dengan kader. “Eman sekali Pak Wali tidak hadir. Momen seperti itu tidak bisa didapat setiap hari, dan tidak mudah,” ujarnya.

Sekali lagi tukas Surokim, seharusnya momentum Peringatan Kudatuli tidak dilewatkan oleh Eri Cahyadi. Tapi Surokim terlihat memaklumi melihat ketidakhadiran Eri Cahyadi dalam acara peringatan Kudatuli. Sebab, Eri Cahyadi bukan kader Genuine. Eri Cahyadi bisa jadi kader PDIP karena berangkat dari kader profesional (saat Pilkada).

“Tapi menurut saya, peringatan Kudatuli tidak boleh dilewatkan oleh Pak wali, eman ya. Karena dalam acara itu Pak Wali bisa lebih memahami sejarah untuk mendapatkan ikatan bathin, itu penting, dan membangun trust bagi kader yang lain,” ulasnya.

Kenapa Eri Cahyadi Tidak hadir? Surokim tidak tahu alasan Walikota tidak hadir dalam momentum Simbolik. “Yang bisa menjawab Pak Walikota. Tapi sekali lagi ini hanya pembacaan dari luar,” tuturnya.

Surokim menambahkan satu catatan atas ketidakhadiran Walikota dalam peringatan Kudatuli. “Kebersamaannya,” cetusnya.

Kebersamaan dengan kader PDIP, kurang? Sejenak Surokim menghela nafas untuk menjawab pertanyaan media ini. “Iya. Karena itu kan ada tautan sejarah. Sebenarnya kalau untuk menumbuhkan power simboliknya beliau sebagai kader PDIP untuk mencapai ikatan bathin yang lebih kuat lagi, menurut hemat saya hadir itu lebih baik,” pungkas Surokim.

Oleh karena itu, Surokim berharap Eri Cahyadi yang juga Walikota Surabaya (pasca peringatan kudatuli), mantan Kepala Bappeko itu harus lebih inten berkomunikasi dengan kader-kader PDIP.

“Meningkatkan intensitas komunikasi dan bila perlu hadir di forum-forum informal partai. Ini untuk menjaga anggapan-anggapan ada keberjarakan dengan kader. Karena kekhawatirkan kita kan walikota dianggap ada jarak dengan kader,” tambahnya.