RAJAWARTA ; Kota Surabaya sebagai Kota Pahlawan kaya akan berbagai objek peninggalan sejarah. Salah satu di antara objek sejarah itu ada di Kampung Lawang Seketeng, Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng Surabaya. Nah, untuk memaksimalkan potensi wisata heritage di wilayah itu, Pemerintah Kota Surabaya (PEMKOS) terus melakukan penataan, bahkan melakukan pemberdayaan ekonomi warga sekitar.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya, Eri Cahyadi mengatakan, Kampung Lawang Seketeng merupakan salah satu kampung tertua yang berdiri sejak tahun 1893. Bukan hanya sebagai kampung tertua, tapi Kampung Lawang Seketeng adalah saksi Kota Surabaya dianugerahi gelar Kota Pahlawan.
“Bagaimana tidak, di kampung ini terdapat rumah kayu yang memiliki atap seng yang masih menyimpan bekas tembakan dari pesawat tempur yang diperkirakan didirikan sekitar tahun 1930-an,” kata Eri, Minggu (23/8/2020).
Tak hanya itu, bahkan Eri menyebut, di kampung ini juga terdapat banyak peninggalan bersejarah. Di antaranya, Bangunan Cagar Budaya Langgar Dukuh Kayu, terakota atau saluran air yang terbuat dari tanah liat yang sudah ada pada zaman Hindia Belanda, hingga sumur yang diperkirakan sudah ada sejak zaman Majapahit. Ada pula makam Mbah Pitono yang merupakan Guru Ngaji Bung Karno.
“Ditemukan pula beberapa benda peninggalan sejarah seperti tombak dan Al Quran bertuliskan tangan,” ungkap Alumnus Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya ini.
Dalam rangka intervensi di masa pandemi, Eri mengungkapkan, bahwa ke depannya Kampung Lawang Seketeng akan dibuatkan virtual tour Lawang Seketeng. Harapannya, wisatawan dapat tetap mengunjungi Kampung Lawang Seketeng dan belajar sejarah dari kampung ini dengan menggunakan jalur daring atau online sehingga bisa diakses dari mana saja.
“Nantinya kawasan sejarah Peneleh itu akan terus kita kembangkan. Karena di sana ada rumah Bung Karno, Langgar Dukuh, dimana Langgar Dukuh juga pernah menjadi tempat ngajinya Bung Karno,” katanya.
Namun demikian, pria asli kelahiran Surabaya ini menyatakan, bahwa pengembangan potensi wisata sejarah di kawasan itu juga harus berdampak kepada warga sekitar. Warga di Kampung Peneleh harus mendapatkan manfaat adanya penataan di kampung itu terutama dari segi ekonominya. “Ketika itu sudah menjadi wisata heritage, secara otomatis maka kita harus mengingat siapa yang harus mendapat manfaat, tentunya warga di sekitarnya,” kata Eri.
Makanya, Pemkot Surabaya tak hanya melakukan penataan potensi wisata sejarah di kawasan tersebut. Namun, pemkot juga melakukan pendampingan untuk meningkatkan ekonomi warga sekitar. Misalnya, dalam bentuk pemberdayaan ekonomi melalui pelatihan usaha kuliner atau souvenir-souvenir khas dari Kampung Peneleh.
“Warga sekitar kita berikan pelatihan membuat souvenir, misal gantungan kunci bentuk rumah Bung Karno. Di sana nanti juga ada makanan-makanan, nah itu siapa yang membuat? Tentunya UMKM di sana, warga di sana,” ungkapnya.
Bahkan, kata Eri, pihaknya telah membuat stand-stand khusus untuk memfasilitasi warga di Kampung Peneleh berjualan. Harapannya, ketika ada pengunjung atau wisatawan datang, warga sekitar juga mendapat manfaat dari segi ekonominya. “Nah, itu kita buatkan tempat-tempat untuk warga berjualan. Di depan Langgar Dukuh itu kita buatkan stand-stand. Sekaligus nanti kita kumpulkan lagi warga di sana, kita latih warga di sana,” terangnya.
Menariknya, di kampung ini juga terdapat beberapa mural dengan berbagai tema yang menarik. Antara lain, mural Gang I yang bertema perjuangan yang menggambarkan perjuangan arek Suroboyo dalam perannya pada masa perang kemerdekaan. Kemudian, mural di Gang III menggambarkan aktivitas dan kegiatan warga pada masa lalu, yang beraktivitas di sekitar sumur, Serta, terdapat pula gambaran penjual sate manggul di masa itu.
“Kampung Lawang Seketeng akan dikembangkan menjadi kampung edukasi sejarah serta pemberdayaan ekonomi kerakyatan dengan promosi kuliner khas Lawang Seketeng, seperti Sate Manggul,” pungkas Eri. (*)