RAJAWARTA : Para pengusaha tanah kavlingan mengeluh karena omset penjualan tahun ini mengalami penurunan hingga 40 persen. Omset jual beli tanah kavling ini tidak seperti tahun sebelumnya. Dimana pada tahun 2018 kebelakang, omset penjualan bisa melebihi target.
Turunnya omset jual beli tanah kavlingan ini dibenarkan H. Benny pemilik tanah kavlingan di sejumlah lokasi di Surabaya. Untuk mengatasi turunnya omset tersebut Benny lebih aktif menjemput bola dengan menawartkan langsung ke calon pembeli tanah kavling. “Selama tahun 2019 jual beli tanah kavling sepi dan omsetnya menurun hingga 40 persen,” jelas Benny yang mengaku memiliki tanah kavlingan di sejumlah Surabaya Barat.
Benny berkisah, dulu sebelum tahun 2019, penjualan tanah kavling miliknya seperti daerah Sememi, Pakal, Tandes, dan Benowo laku keras. Namun setelah memasuki tahun 2019 tanah kavlingan miliknya sepi pembeli.
“Daya beli masyarakat turun, mungkin ini salah satu faktornya selain kondisi politik di tahun 2019 ini,” terang H.Benny yang juga Ketua RW 03 Kelurahan Sememi, Kecamatan Benowo.
Apa penyebab turunnya omset penjualan tanah kavling? Benny tidak berani memastikan penyebab turunnya omset penjualan tanah kavling miliknya. Namun Benny mengira-ngira, kemungkinan karena kondisi politik menjelang dan pasca pemilu.
Meski begitu, Benny masih optimis untuk ke depan penjualan tanah kavling miliknya akan kembali ramai karena menurutnya, kavlingan merupakan kebutuhan pokok untuk tempat tinggal. “Hanya saja memang jualnya saat ini sedang lesu,” jelasnya.
Benny yang sudah malang melintang bisnis tanah kavling berharap usai pemilu, lebaran, dan tahun ajaran baru sekolah selesai, bisnis tanah kavling akan kembali meningkat. “Kita harapkan bulan-bulan Juli-Agustus bisnis kembali meningkat,” ungkapnya. (sbr/Tris)