SURABAYA-Pelaksanaan pemilihan umum 2024 diharapkan menjadi momentum pelaksanaan pesta demokrasi yang sebelumnya berorientasi pada figur menjadi ruang dialektika tentang ide dan gagasan, bagaimana membawa Indonesia 5 tahun mendatang.
Hal ini disampaikan Ketua DPD Partai Golkar Kota Surabaya Arif Fathoni ketika ditemui disela-sela pemberangkatan jamaah ziarah wali 5 di Kecamatan Mulyorejo.
Ditengah situasi geopolitik global yang tidak menentu, lanjut Toni, pihaknya berharap semua elit politik memberikan keteladanan dengan menghentikan narasi saling menjatuhkan satu sama lain yang membuat kegaduhan ditengah Masyarakat.
“Kita perlu suasana politik yang adem, mari berikan Pendidikan politik ke Masyarakat dengan menyampaikan program unggulan Capres maupun Cawapres ditengah Masyarakat, agar demokrasi kita berkembang dari demokrasi mobilisatif bergerak ke arah demokrasi partisipatif, ” ungkapnya.
Untuk itu lanjut Toni, sejak awal pihaknya menginstruksikan seluruh caleg dan kader Partai Golkar se kota Surabaya untuk tidak terjebak atau menjadi bagian dari pihak yang menjatuhkan pribadi capres atau capres satu sama lain, namun lebih menjadi bagian yang mengabarkan program unggulan calon yang didukung oleh Partai Golkar.
“Salah satu program unggulan Prabowo-Gibran yang harus kita kabarkan ke khalayak ramai adalah program makan siang gratis ke seluruh siswa PAUD, SD, SMP, SMA dan Pesantren seluruh Indonesia, ini tertuang dalam visi misi paslon yang kita dukung, rakyat berhak tahu tentang program baik ini, ” terangnya.
Dengan penyebarluasan program unggulan seperti ini, lanjut Toni, rakyat akan tergerak hatinya untuk datang ke tempat pemungutan suara karena program bukan karena bentuk fisik wajah calon, sehingga pemilu kita akan mengalami peningkatan kualitas dimasa-masa yang akan datang.
“Pemilu 2024 adalah mementumnya, ditengah bonus demografi yang kita miliki, saya yakin anak-anak muda akan memberikan kepeloporan, ” paparnya.
Dimasa kecanggihan teknologi kecerdasan buatan, terang Toni, distrupsi informasi akan terus digalakkan oleh pihak-pihak yang mungkin masih terjebak pada arus politik kovensional, salah satunya adalah penyebarluasan video Presiden Joko Widodo fasih berbahasa tertentu agar membangkitkan sentimen negatif terhadap Joko Widodo.
“Politik itu soal pilihan, kita mau jadikan pemilu ini sebagai sarana perlombaan kebaikan dengan adu ide dan gagasan, atau pemilu dijadikan sebagai sarana menebar kebencian, kalau kader Golkar jelas, lebih baik menjadi lilin sebagai lentera kehidupan daripada sibuk mengutuk kegelapan, ” jelasnya.
Masih menurut Toni, kalau semua tim pemenangan capres dan cawapres di seluruh Indonesia mengambil pilihan memenangkan hati masyarakat dengan adu program dan gagasan, maka pemilu kita akan berjalan dengan menyenangkan dan tidak membuat para pelaku usaha di Indonesia ragu untuk melaksanakan rencana bisnisnya meski sedang pemilu.
“Ekonomi dunia sedang tidak baik-baik saja karena dampak persaingan 2 kekuatan besar dan perang yang masih terus berjalan didaratan eropa, mari kita tunjukkan kepada dunia, bahwa rakyat Indonesia sudah matang berdemokrasi, pelaku politik harus menunjukkan keteladanannya, ” pungkasnya.