SURABAYA, Wartawan Senior PWI Jatim, Yousri Nur Raja Agam, mewujudkan protesnys dengan menyelenggarakan pameran foto. Istimewanya yang dipamerkan adalah Dwitunggal Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia Sukarno-Hatta. Pameran foto Sukarno-Hatta itu, menurut Yousri merupakan inisiatif pribadi, berkaitan dengan Peringatan 78 Tahun Kemerdekaan RI.
Sejatinya, sudah berulangkali Yoysri menyampaikan protes kepada Wali Kota Tri Rismaharini yang mengganti Jalan Sukarno-Hatta di Surabaya menjadi Jalan Dr.Ir Sukarno. Nama Hatta “dihilangkan”. “Dibuang entah ke mana. Sampai sekarang belum juga dikembalikan.
Untuk menegaskan bahwa Proklamar Kemerdekaan itu merupakan Dwi Tunggal, maka Yousri mengadakan pameran foto Sukarno-Hatta di dua lokasi. Yousri menyiapkan sebanyak 1945 lembar foto kegiatan Sukarno dan Hatta berukuran 12 R + koleksinya. Foto-foto mantan Presiden dan Wakil Presiden pertama RI, diperoleh dar berbagai sumber. Terbanyak dari Prnterest dan yang lainnya dari Google, buku, majalah, koran, dan juga hasil pemotretan sendiri.
Lokasi pameran selama dua hari di gedung Rumah Gadang Minangkabau di Jalan Gayung Kebunsari 64 Surabaya pada tanggal 16-17-18 Agustus 2023. Berikutnya di mal Surabaya Town Square (SUTOS) Jalan Hayam Wuruk 6 Surabaya tanggal 19-20 Agustus 2023.
Puteri dan Mantu Bung Hatta
Foto-foto Bung Karno dan Bung Hatta itu adalah foto dokumentasi kegiatan sang Proklamator sehat kecil hingga wafat. Baik di dalam negeri maupun mancanegara, bersama tokoh nasional dan internasional. Di samping foto bersama keluarga, isteri dan anak-anak.
Ada yang menarik, saat pameran foto di SUTOS, ada tamu istimewa yang datang. Mereka adalah Puteri Bung Hatta, yakni Halida Hatta dan menantu Bung Hatta Prof.Dr.Sri Edi Swasono. Selain itu juga beberapa cendekiawan dari ibukota yang pada hari itu menjadi narasumber Dialog Nasional.
Tidak hanya itu, pada hari Sabtu tanggal 19 Agustus 2023 itu, juga berlangsung kegiatan pegelaran Budaya Nusantara, bertema Gita Puja Bangsa. Acara ini dipersembahkan oleh Gabungan organisasi Agama dan Suku-suku bangsa di Indonesia. Menampilkan pertunjukan kesenian, tarian dan drama kolosal.
Yousri dalam posisinya selaku Ketua FPK (Forum Pembauran Kebangsaan) Provinsi Jawa Timur mengatakan, acara ini diikuti komunitas suku-suku bangsa di Indonesia. Untuk pelaksanaannya dipelopori oleh Perkumpulan Beda Tapi Mesra, bersama Yayasan Pondok Kasih dan SUTOS. Para pendukung acara berasal dari berbagai organisasi keagamaan anggota FKUB (Forum Kerukunan antar Umat Beragama)
Kembalikan Hatta
Yousri yang juga Ketua Yayasan Peduli Surabaya itu menyatakan, ia berpartisipasi menampilkan foto-foto Sukarno-Hatta, untuk mengingatkan kepada para petinggi Kota Surabaya, bahwa Proklamator Kemerdekaan RI adalah “Dwitunggal”. Yang disebut Dwitunggal adalah Sukarno-Hatta. Jadi, Kota Pshlawan “wajib” mengabadikan Dwitunggal Proklamator ini.
Nama Sukarno-Hatta yang pernah diabadikan sebagai nama jalan MERR (,Midle East Ring Road). Jalan yang melintang dari pertigaan Jalan Kenjeran sampai kevarah Selatan sepanjang 10.925 meter atau hampir 11 kilometer sampai ke perbatasan Sidoarjo di Gununganyar.
Namun, betapa sedihnya hati kita, Wali kota Tri Rismaharini melakukan “cerai paksa” terhadap Dwitunggal Sukarno-Hatta. Nama Hatta “dibuang” entah kemana. Sekarang Sukarno ditinggal sendiri. Nama jalan itu kini menjadi Jalan Dr.Ir H Sukarno.
Padahal sebelum jalan MERR itu jadi, Cak Narto atau Dr Sunarto Sumoprawiro, Wali kota waktu itu menyampaikan amanah agar jalan MERR diberi nama Jalani Sukarno-Hatta. Dan itu sudah dilaksanakan oleh Bambang DH yang menggantikan Cak Narto. Namun, sangat disayangkan Tri Rismaharini, tanpa ampun tetap membiarkan Sukarno jalan sendiri dan Hatta dibuang dari Kota Pahlawan.
Sampai-sampai Ketua DHD Angkatan 45, Kol (Purn) Drs.H.Soerjadi Setiawan, menyatakan penyesalannya atas hilangnya nama Hatta dari Kota Pahlawan. Mantan Kadit Sospol Jatim ini menyatakan Sukarno-Hatta tidak boleh dipisah. Nama itu sudah abadi. Diabadikan dalam Teks Proklamasi, ujar Soerjadi. Penyebutan yang bisa dipisah adalah Bung Karno dengan Bung Hatta. Jadi kalau Sukarno-Hatta, harus menyatu, pesannya.
“Ya, semoga Wali Kota pengganti Risma, yakni Pak Eri Cahyadi, bisa menyadari”, ulas Soerjadi Setiawan. (**).