RAJAWARTA : Rencana kenaikan tarif air PDAM dan rencana perbaikan pipa jaringan diprotes Ali Musyafak, Ketua Dewan Pelanggan PDAM Surabaya. Menurutnya, dua rencana besar tersebut perlu dipertanyakan alasannya.
Dalam hal ini Ali Musyafak mendesak Pemerintah Kota Surabaya (Pemkos) untuk mengaudit PDAM secara keseluruhan.
“PDAM harus transparan. Kalau naik ya transparan. Kenapa harus naik. Persoalannya apa di dalam PDAM. Apakah manajemen PDAM perlu ada perbaikan atau apa. Maka menurut saya. Sebalum menaikan tarif harus memperbaiki pipa, PDAM perlu diaudit dulu,” tukasnya (26/11/2022).
Dari hasil audit independent lanjut Cak Ali (panggilannya), secara otomatis akan diketahui apakah pipa perlu berbaikan atau tidak. “Dari hasil audit ini akan diketahui apakah pipanya banyak yang jebol atau karena pipanya banyak yang berkarat sehingga menjadi penyebab airnya keruh, kemudian pipanya diganti dan seterusnya,” jelasnya.
Pesan RAJAWARTA : esensi dari kehidupan adalah Budaya. Esensi dari budaya adalah Bahasa. Ayo…..!!! Lestarikan Bahasa Daerah Duniakan Bahasa Indonesia
Kalau alasannya hanya dengan mendatangkan pakar ujar Cak Ali, belum cukup kuat untuk dijadikan alasan perbaikan pipa. “Wong pipanya belum diaudit kok tiba-tiba mau memperbaiki (pengganti) pipa. Kita nggak terima itu,” jelasnya bernada protes.
Jadi tukasnya, aidut secara menyeluruh di tubuh PDAM Surya Sembada agar perbaikan pipa untuk menaikkan tarif diterima pelanggan. “Auditlah secara terbuka,” cetusnya.
Menurut Cak Ali, Pemkos memiliki wewenang untuk mengaudit PDAM. “Yang harus diaudit. debit air yang keluar, air yang terjual berapa, meter induknya diaudit, keuangan PDAM, dan distribusi air juga perlu diaudit juga,” jelasnya.
Daripada menaikkan tarif air dengan alasan membutuhkan perbaikan jaringan pipa. Cak Ali mengajak PDAM untuk berpikir kebutuhan lain yang dinilainya cukup mendesak.
Kebutuhkan yang dimaksud ungkap Cak Ali, memperluas jaringan pipa air ke seluruh warga Surabaya. Sebab faktanya hingga hari ini masih banyak warga Surabaya yang belum bisa menikmati air PDAM.
“Beberapa daerah di Surabaya masih belum terjangkau aliran air PDAM. Seperti daerah Made, dan daerah pinggiran-pinggiran masih kesulitan air,” ujarnya.
Anehnya, di sisi lain masih banyak warga Surabaya belum terjangkau air PDAM, tapi di sisi lain PDAM menjual airnya ke luar Surabaya. “Kalau Surabaya kekurangan air. Air itu dijual ke Gresik, ada yang dijual ke Petrokimia, ada yang dijual ke perumahan Sidoarjo,” ulasnya.
Kembali ke rencana perbaikan pipa lanjut Cak Ali, saat ini belum saatnya memperbaiki pipa air PDAM. Sebab menurutnya, pipa PDAM yang dibangun tahun 70an masih layak guna.
Bagaimana kalau airnya keruh? Cak Ali menjelaskan, air keruh tidak bisa dijadikan alasan untuk memperbaiki pipa. “Kan bisa diflasing (dibersihkan),” ujarnya.
Sambil bercanda Cak Ali menyentil, selama ini kerusakan pipa PDAM banyak disebabkan oleh bego (proyek) bukan karena pipanya karaten atau rusak. “Kalau pipa PDAM rusak karena karat, maka akan terjadi letusan (bocor) dimana-mana. Faktanya rusaknya pipa air karena bego, selain bego karena faktor kecerobohan kontraktor,” solorohnya.
Apalagi kenaikan tarif ini jelasnya, tidak hanya terjadi di era pemerintahan Eri Cahyadi. “Di era Risma juga pernah dibahas, tapi karena Risma Peka, Risma menolak usulan kenaikan tarif,” pungkasnya.