RAJAWARTA : Warisan Pendidikan Islam yang dikembangkan oleh Sunan Ampel yakni, Madrasah Diniyah (Madin) di Kota Surabaya sama sekali belum tersentuh oleh Pemerintah Kota Surabaya (Pemkos).
Akibatnya, Madin yang seharusnya berkembang pesat di Kota Surabaya, hidupnya mati segan hidup tak mau.
Kabar ironi tersebut disampaikan, Muhammad Djerdjis (Gus Djerdjis) Pengasuh Ponpes Utsmani di Jalan Jatisrono Barat di ruang kerja Mahfudz kepada sejumlah pewarta.
Menurutnya, pendataan Madin di Surabaya sebenarnya sudah dilakukan oleh Pemkos. Namun, sayangnya, hingga hari ini belum juga terealisasi. “Pendataannya sudah ada sejak tahun 2010, tapi tercavernya masih belum,” ujar Djerdjis (3/8/2022), sore.
Untuk mempertahankan keberadaan Madin yang stagnan, ungkapnya ratusan Madin, khususnya di Surabaya Utara harus dikelola secara swadaya. “Berjalan sendiri-sendiri, saikhlase, sak gurune berjalan sendiri-sendiri,” jelasnya.
Dengan dikelola secara swadaya, maka ruang kelas yang ada di Madin sangat jauh dari harapan. “Misalnya di Musholla, itu dipetak-petak dijadikan ruang kelas,” jelasnya.
Padahal tuturnya, Animo masyarakat, khususnya di Surabaya Utara masih sangat tinggi. Namun karena fasilitas pendidikan yang ada di Madin tidak memadai, berdampak pada turunnya minta orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke Madin.
Atas dasar fakta yang memprihatinkan itu, Mahfudz dari Fraksi PKB DPRD Yos Surabaya mendesak Pemkos untuk segera mengakomodir keluhan dari pengasuh Madin yang jumlahnya mencapai ratusan.
Sebab, kalau tidak ujarnya, Pemkos turut andil dalam memunahkan karakter Islami terhadap para generasi muda.
“Tolak ukur buyut-buyut kita adalah Mbah Sunan Ampel. Mbah sunan Ampel inilah yang memberikan pendidikan karakter pertama kali di Kota Surabaya, maka jangan pernah melupakan sejarah,” tegas Mahfudz dalam pernyataannya.
Oleh karena itu, Mahfudz berharap Pendidikan Islami, khususnya di sekolah-sekolah Madin harus diperkuat. Jika tidak maka karakter Islami di Kota Surabaya akan punah seiring dengan berjalannya waktu.
“Pendidikan Islam (pembentukan karakter) di Surabaya harus diperkuat. Kalau pendidikan karakter ini sudah dilemahkan, maka karakter Arek-Arek Suroboyo bakalan hilang,” ujarnya.
Untuk memperkuat agar Pendidikan Islami Surabaya bisa berkembang pesat, solusinya ungkap Mahfudz, Pemkos harus membuat Perda yang bisa menaungi Madin.
“Maka, Fraksi PKB meminta, mendorong
akan memperjuangkan Perda terkait sistem Pendidikan yang bisa mengakomodir Madin yang bisa dieksekusi oleh Dinas Pendidikan Kota Surabaya,” pungkas Mahfudz.