RAJAWARTA : Sejak reses berlangsung, Camelia Habiba kebanjiran tamu. Selain bersilaturrahmi, sebagian basar tamu/warga yang menemui politisi PKB, juga mengadukan beberapa persoalan.
Aduan itu, terkait dengan kebijakan Eri Cahyadi Walikota Surabaya (Cak Wali) yang dinilai tidak berpihak kepada warga.
Dari sejumlah aduan warga yang menarik perhatian Wakil Rakyat DPRD Yos Sudarso itu adalah larangan dobel akun Guru Ngaji, Guru Sekolah, dan Modin. Mereka ‘dipaksa’ oleh aturan Cak Wali untuk memilih satu akun saja alias tidak boleh dobel akun.
“Saya didatangi beberapa Guru TPQ di semampir. Mereka mengeluhkan kebijakan Pemkos yang harus memilih antara, guru Ngaji, Guru Sekolah atau menjadi Modin. Karena kebijakan walikota yang tidak Boleh double account,” Camelia berkisah (19/5/2022).
Menurut Camelia yang juga Wakil Ketua Komisi A DPRD Yos Sudarso, larangan dobel akun bagi guru ngaji, guru sekolah dan modin sangat tidak adil. Sebab, di tengah larangan ada kebijakan Walikota yang membolehkan dobel akun.
“Ini pilihan sulit bagi kami, Kenapa Kami harus memilih Sedangkan ASN yang merangkap menjadi RT/RW tidak dipermasalahkan double. Padahal anggarannya sama-sama bersumber dari APBD,” ujar Camelia mengutip pengakuan Ketua FKPQ Semampir.
Insentif yang diberikan oleh Pemkos terhadap guru ngaji, modin, dan guru tutur Camelia sangat tidak manusia.
“Tidak mencerminkan bahwa Pemkos mengapriasi perjuangan Guru Ngaji. Tukang jaga Taman Aja dibayar UMK, kita gak ada separohnya dari mereka Bu,” kata Camelia mengutip keluhan Ustadzah Afifah, Pengurus Fatayat Kec Kenjeran yang juga guru Ngaji.
Merespon pengaduan Warganya, Camelia mendesak Pemkos segera mengevaluasi keputusan Larangan dobel akun. Mengingat, jasa guru ngaji, dan modin tidak boleh dipandang sebelah mata.
“Saya minta pemkos mengaprisiasi Jasa Guru Ngaji, karena Beliau Bukan hanya memberikan Ilmu. Tapi juga mendidik Moral Anak Bangsa, Akhlaq itu lebih tinggi dari Ilmu,” ujarnya.
Camelia khawatir, keputusan Cak Wali yang melarang dobel akun terhadap guru akan membuat para guru kecewa, yang kemudian berujung pada titik jenuh, yakni mundur.
“Kalau banyak Guru ngaji yang mundur tidak mau Menjadi guru ngaji, maka surabaya Akan Krisis Moral Anak. Ini Hal yang serius. Sebab Guru Ngaji sangat penting dalam membangun SDM anak-anak Surabaya,” pungkasnya.