RAJAWARTA : Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) sekolah dasar (SD) digelar serentak tadi pagi (15/11). Anggota Komisi D DPRD Surabaya Herlina Harsono Njoto melihat secara langsung kegiatan yang baru kali pertama digelar itu.
Sebanyak lima siswa sudah mempersiapkan diri di ruang inklusi. Meja mereka ditata dengan jarak satu setengah meter. “Ada 30 murid yang ikut bu. Dibagi lima anak per sesi,” ujar Plt. Kepala SDN Menur Pumpungan Fatmawati yang mendampingi.
Herlina heran. Masih ada sekolah negeri yang masih punya kendala komputer. Beberapa siswa yang mengikuti ANBK juga terpaksa menggunakan laptop.
Menurutnya problem itu seharusnya tidak terjadi. Apalagi anggaran Pendidikan Surabaya yang sudah digedok 10 November lalu mencapai Rp 2 triliun lebih.
Ia meminta kepala sekolah segera mengajukan pengadaan perlengkapan komputer itu. “Kalau internetnya bagaimana bu?” tanya sikandi Demokrat Surabaya itu.
Fatma mengatakan kecepatan internet sekolah relatif masih kurang. Mereka baru berlangganan internet sebesar 50 Mbps.
Herlina menampung semua usulan itu. “Urusan komputer dan internet di sekolah ini sangat vital. Selain untuk ANBK, kegiatan pembelajaran tatap muka juga belum 100 persen,” ujar perempuan yang sedang menempuh program Doktor Psikologi Universitas Airlangga (Unair) itu.
ANBK adalah penilaian yang dilakukan di setiap jenjang sekolah. Mulai dari SD,SMP, SMA/SMK dan sederajat. Berbeda dengan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) yang dilaksanakan di semester genap, ANBK digelar di akhir tahun dengan peserta kelas 5 SD, 8 SMP, dan 11 SMA.
Hasilnya tidak menentukan kelulusan siswa. Siswa yang diasesmen juga bersifat acak. Meski begitu, Herlina ingin agar semua sekolah di Surabaya bisa menggelar ANBK tanpa kendala teknis. “Kalau komputernya ditambah, yang ikut bisa lebih banyak. Tidak dipisah lima orang seperti ini,” ujarnya lalu menunjuk ke arah ruang tes. (*)