RAJAWARTA : Suasana belajar mengajar di SMP Negeri 6 Surabaya mendadak berubah setelah terdengar bunyi sirine keras, sebagai tanda darurat. Para siswa berhamburan keluar kelas untuk menyelamatkan diri menuju ke titik kumpul di lapangan sekolah. Beberapa siswa juga ada yang dibopong oleh para guru maupun tenaga pendidik yang lainnya.
Rupanya, mereka tengah mengikuti pelatihan Sekolah Tangguh Tanggap Bencana. Yakni, simulasi mitigasi bencana yang difasilitasi oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Surabaya. Sama halnya dengan SMP Negeri 6 Surabaya, SDN Ngagel 1 Surabaya bahkan terlebih dahulu melakukan kegiatan itu.
Kepala Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Surabaya, Laksita Rini Sevriani menyampaikan, pelatihan ini dilaksanakan untuk meningkatkan kapasitas pelajar dan tenaga pendidik dalam mengantisipasi, serta melakukan pertolongan pertama saat terjadi kebencanaan.
“Di lingkungan pendidikan kita sudah menggelar di beberapa sekolah. Untuk Sekolah Tangguh Tanggap Bencana, simulasi mitigasi bencana dilakukan di SD dan SMP. Rencananya kita juga akan menyasar PAUD, karena selama ini pelatihan simulasi mitigasi bencana masih diberikan kepada para Bunda PAUD,” kata Laksita Rini sapaan lekatnya, Kamis (22/6/2023).
Laksita Rini mengaku, kedepannya, setelah melakukan simulasi mitigasi bencana kepada para Bunda PAUD, BPBD Surabaya akan mengadakan kunjungan ke tingkat PAUD untuk melaksanakan simulasi mitigasi bencana. Tak hanya itu saja, BPBD Surabaya juga akan mengundang anak-anak di tingkat TK maupun PAUD untuk ke kantor BPBD Surabaya dengan memberikan edukasi dan pengenalan terhadap peralatan keselamatan pada kebencanaan.
“Jadi memberikan pengenalan terhadap peralatan, serta bagaimana jika terjadi kebencanaan kebakaran atau genangan. Ini bahkan sudah ada beberapa TK yang berkunjung ke BPBD,” ungkapnya.
Untuk lingkungan pendidikan di Kota Surabaya, Laksita Rini menerangkan bahwa BPBD Surabaya telah memiliki jadwal pelaksanaan simulasi mitigasi kebencanaan di masing-masing sekolah. Semua sekolah sudah terjadwal dalam satu tahun, mana saja yang akan dikunjungi oleh BPBD Surabaya. “Tapi juga ada sekolah yang mengajukan untuk melakukan simulasi mitigasi bencana,” terangnya.
Dalam pelaksanaan simulasi mitigasi bencana, BPBD tidak sendiri, tentunya didampingi oleh Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP), Satpol PP, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP), Dinas Kesehatan (Dinkes), dan berkolaborasi dengan PMI (Palang Merah Indonesia) Surabaya. “Salah satunya, memberikan pembekalan kebencanaan dalam penyelamatan diri dan keselamatan di lingkungan pendidikan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Laksita Rini menjelaskan bahwa resiko tinggi kebencanaan di kota besar, seperti di Kota Surabaya ialah munculnya genangan saat terjadi hujan lebat. Kemudian muncul banjir rob di perkampungan pesisir pantai saat air laut pasang. Serta kebakaran saat memasuki musim kemarau.
“Paling adalah banyak bencana sosial, contohnya kecelakaan, darurat medis, dan kebakaran. Dari laporan Command Center 112, itu adalah laporan yang paling sering kami terima. Sedangkan gempa bumi, kita juga terus mengantisipasi dengan simulasi mitigasi bencana, mengingat Surabaya memiliki banyak bangunan tinggi (high rise building),” jelasnya.
Pengalaman simulasi mitigasi bencana guna menciptakan Sekolah Tangguh Tanggap Bencana, membuat Ivana, salah satu siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Surabaya merasa bahwa pengalaman tersebut sangat membantu mereka menjaga keselamatan diri saat terjadi kebencanaan.
“Kami mendapatkan banyak pembelajaran mengenai cara menyelamatkan diri saat terjadi bencana. Kami senang, karena kami mendapatkan banyak ilmu,” kata Ivana.
Tepisah, Nur Azzahra Devianto, siswa kelas IV SDN Ngagel 1 Surabaya juga merasakan hal yang sama. Azzahra sapaan lekatnya mengaku, melalui simulasi mitigasi bencana di sekolahnya, ia bersama teman-temannya diajarkan agar tidak panik dan segera mungkin melakukan penyelamatan diri.
“Saya dan teman-teman belajar tentang menjaga keselamatan saat terjadi bencana, tadi praktek menyelamatkan diri saat terjadi gempa. Jadi kalau ada gempa harus seperti apa. Saya senang karena bisa mengetahui cara menyelamatkan diri dan tidak boleh panik,” pungkasnya. (*)