UMUM  

Politisi PKS : Kinerja PDAM Surya Sembada Menurun

RAJAWARTA : PDAM Surya Sembada mengalami penurunan kinerja selama Pandemi C19. Hal tersebut terlihat dari pembagian deviden dari PDAM ke Pemerintah Kota Surabaya (PEMKOS).

Penurunan kinerja yang terlihat dalam pembagian deviden disampaikan oleh politisi PKS, Ahmad Suyanto kepada sejumlah pemburu berita di Gedung DPRD Yos Sudarso Kota Surabaya.

Menurutnya, meski Surabaya dalam kondisi Pandemi C19, seharusnya tidak mempengaruhi kinerja PDAM Surya Sembada. Sebab, tranksaksi di PDAM Surya Sembada dengan pelanggan tidak pernah berhenti.

“Kesimpulannya adalah, terjadi penurunan kinerja pembagian deviden terhadap Pemerintah Kota,” ujarnya (1/11/2021).

Ustadz panggilan akrab Ahmad Suyanto tidak setuju jika penurunan deviden PDAM dikaitkan dengan bencana C19. Sebab, selama Pandemi terlihat tidak ada penurunan pelanggan.

“Kita juga menyadari ada Pandemi C19, tetapi sebetulnya bukan Pandemi C19, karena langganan air di PDAM Surya Sembada tidak turun,” jelasnya.

Karena menurut Yanto, meteran PDAM Surya Sembada berada atau terpasang di setiap persil rumah-rumah warga. “Karena itu persil kan. Meternya nempel di persil,” ujarnya.

Yanto lebih sepakat jika penurunan kinerja PDAM Surya Sembada tidak dihubungkan dengan Pandemi C19, tapi terkait dengan kemampuan kerja di level pimpinan PDAM Surya Sembada.

“Yang paling penting adalah, kinerja kepemimpinan dari Direksional di PDAM harus mencerminkan organisasi yang tahan banding di masa seperti ini (Pandemi C19) ” tukasnya.

Yanto menyemat argumentasi tambahan terkait dengan penurunan kinerja PDAM Surya Sembada. Menurutnya, lamanya proses rekrutmen unsur pimpinan di PDAM Surya Sembada menjadi salah satu penyebabnya.

“Dalam proses seperti ini, kita menilai bahwasannya, ibarat anak ayam kehilangan induknya. Karena Direktur Utamanya belum difinitif,” ujarnya.

Kekosongan Jabatan Direktur di PDAM Surya Sembada lanjut Yanto, sangat berpengaruh pada setiap keputusan di Perusahaan Air Kebanggaan Kota Surabaya.

“Catatan terakhir misalnya, Direktur Utama punya Komando tegas. Kalau belum jelas (Direktur belum difinitif) akan mempengaruhi tingkat keperyaan diri dalam mendirect, ambil keputusan, dan menetapkan kebijakan,” tegas Yanto.