METRO  

PMII Jawa Timur Salurkan Bantuan untuk Ponpes Al Khoziny dan Siap Dampingi Proses Rehabilitasi

Surabaya – Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jawa Timur menyatakan empati dan dukungan penuh atas musibah yang menimpa Pondok Pesantren Al Khoziny. Sebagai bentuk kepedulian, organisasi ini menyalurkan donasi secara langsung kepada pengasuh pesantren, KH. Raden Abdus Salam Mujib.

Rombongan PMII dipimpin oleh Ketua Umum Pengurus Koordinator Cabang (PKC) PMII Jawa Timur, Akiedo Zawa, didampingi oleh Ketua Kopri PKC PMII Jatim, Kholisatul Hasanah. Dalam kunjungannya, Akiedo menyampaikan bahwa PMII hadir tidak hanya membawa bantuan, tetapi juga menawarkan dukungan teknis untuk proses rehabilitasi pesantren.

“Pondok pesantren adalah benteng moral bangsa. Sudah menjadi kewajiban kita bersama untuk membangunnya kembali,” ujar Akiedo dalam pernyataannya di lokasi.

Dengan latar belakang pendidikan teknik sipil, Akiedo menyampaikan kesiapannya untuk mendampingi proses perencanaan ulang bangunan pondok, agar sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan ISO, guna menciptakan lingkungan belajar yang aman dan layak bagi para santri.

“InsyaAllah, kami akan bantu dari sisi teknis—mulai dari desain, struktur, hingga rekomendasi material bangunan yang sesuai standar. Pesantren harus menjadi tempat yang nyaman dan aman bagi tumbuh kembang santri,” tegasnya.

Selain itu, PMII Jawa Timur turut menyoroti persoalan klasik yang kerap dihadapi pondok pesantren, yakni belum adanya Izin Mendirikan Bangunan (IMB) pada banyak lembaga pendidikan berbasis keagamaan. Akiedo menyebut, kendala tersebut tak jarang bersumber dari proses birokrasi yang rumit dan biaya yang tak terjangkau.

“Banyak pondok beroperasi tanpa IMB bukan karena niat melanggar aturan, tetapi karena sistem perizinan yang tidak ramah. Negara seharusnya tidak mempersulit lembaga yang memberikan kontribusi besar bagi pendidikan moral bangsa,” jelas Akiedo.

Melalui momentum ini, PMII Jawa Timur mendesak pemerintah daerah dan pusat untuk hadir secara aktif dengan memberikan pendampingan teknis, kemudahan regulasi, bahkan opsi pembebasan biaya IMB bagi pesantren dan lembaga pendidikan masyarakat lainnya.

“Negara harus hadir sebelum bencana terjadi. Kami dorong adanya kebijakan afirmatif yang memberi akses dan kemudahan bagi pondok pesantren untuk mendapatkan izin dan membangun fasilitas yang aman,” tambahnya.

Menutup kunjungan tersebut, PMII Jawa Timur kembali menegaskan bahwa pihaknya tidak hanya fokus pada kaderisasi internal, tetapi juga berkomitmen menjadi motor penggerak sosial yang solutif bagi masyarakat.

“Kami ingin menunjukkan bahwa membangun peradaban Islam Indonesia bukan hanya lewat pidato, tapi melalui kerja nyata dan kontribusi langsung,” pungkas Akiedo.