RAJAWARTA : Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mendeklarasikan gerakan mendongeng (gendon) di Royal Plaza Surabaya, Sabtu (21/12/2019). Acara deklarasi itu diisi oleh berbagai penampilan, baik mendongeng maupun menyanyi. Bahkan, acara itu juga menjadi momen launchingnya buku-buku cerita bergambar dan juga ontology.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya Musdiq Ali Suhudi mengatakan acara deklarasi ini memang dikhususkan untuk dongeng. Sebab, dia mengaku ingin memasyarakatkan dongeng di tengah-tengah warga Kota Surabaya. “Apalagi saat ini banyak orang tua yang enggan untuk mendongeng sendiri, banyak yang menggunakan handphonenya untuk mendongengi anaknya,” kata Musdiq di sela-sela acara.
Padahal, lanjut dia, dengan mendongeng langsung itu banyak manfaat yang bisa didapatkan antara anak dan orang tuanya. Yang paling penting adalah emosional antara anak dan orang tuanya akan semakin erat. Selain itu, komunikasi antara anak dan orang tuanya semakin lancar. “Itulah alasan kami kenapa dongeng itu harus di masyarakatkan kembali,” ujarnya.
Menurut Musdiq, acara kali ini juga menjadi moment launchingnya 24 buku yang ditulis oleh anak-anak Surabaya atau pun penjaga taman baca masyarakat (TBM). Selama tahun 2019 ini, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya sudah menerbitkan sebanyak 200 buku karya mereka. “Jadi, budaya literasi terus kami tumbuhkan, termasuk mendongeng,” imbuhnya.
Sementara itu, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengucapkan banyak terimakasih kepada para guru dan kepala sekolah yang telah mengajar anak-anak Surabaya dengan ikhlas. Wali kota perempuan pertama di Kota Surabaya itu juga menjelaskan bahwa acara deklarasi gerakan mendongeng itu sangat penting.
“Betapa pentingnya literasi itu dengan sering membaca dan menulis. Sebab, dengan membaca dan menulis, maka akan terbiasa berimajinasi. Nah, dengan cara berimijinasi itu, maka anak-anak akan melakukan tindakan yang mengarah kepada kreatifitas,” kata Wali Kota Risma.
Wali kota yang juga menjabat Presiden UCLG ASPAC ini juga menjelaskan bahwa daya imajinasi anak-anak bisa dirangsang dengan cara membaca. Itulah sebabnya kenapa Pemkot Surabaya terus menambah perpustakaan dan TBM di berbagai titik di Kota Surabaya.
“Banyak membangun perpustakaan memang tidak murah, tapi kalau anak-anak sering membaca, maka dia akan kreatif, sehingga kalau ada suatu masalah dan jalan ini ditutup, maka dia akan mencari jalan lain untuk menyelesaikan masalahnya itu,” katanya.
Pada kesempatan itu, Wali Kota Risma juga menjelaskan bahwa sejak kecil sudah senang membaca, baik buku ilmiah maupun komik-komik. Bahkan, ia mengaku pada saat kelas III Sekolah Dasar (SD), dia pernah membaca buku yang sangat tebal dalam jangka waktu semalam. “Sampai sekarang pun saya masih suka baca buku, makanya di ruang kerja saya banyak buku,” katanya.
Dengan sering membaca buku itu, maka daya kreatifitasnya dalam membangun Kota Surabaya selalu bermunculan. Termasuk pada saat dia membangun air mancur yang lompat-lompat di depan Balai Kota Surabaya. “Saat itu saya membayangkan menjadi anak-anak, jika menjadi anak-anak pasti akan senang bermain di air-air seperti itu, makanya saya buat seperti itu,” katanya.
Ia juga menambahkan, ada beberapa kepala daerah yang lulusan arsitek juga, namun karena kurang membaca buku, maka ide-idenya kurang bermunculan. Oleh karena itu, Wali Kota Risma terus mendorong kepada orang tua dan guru serta warga Kota Surabaya untuk terus mendorong anak-anaknya supaya gemar membaca dan menulis. “Saya yakin bisa dan saya yakin kalau mereka banyak membaca, maka kita akan punya anak-anak yang kreatif,” pungkasnya. (*)