Malam Minggu Kontradiktif : PKL dan RHU Beda Penanganan

Penulis : Imam Syafii

RAJAWARTA : PKL (Pedagang Kaki Lima) kuliner di Jl Kedungdoro Surabaya diminta membongkar tendanya hanya beberapa menit setelah melewati pukul 24.00. Pedagang tidak berkutik karena ditunggui petugas.

Lampu kerlap-kerlip rotator di mobil petugas terus dinyalakan. Makin menyiutkan nyali pedagang kecil. Serta menyilaukan mata orang-orang di dekatnya.

Di seberangnya, di komplek Ruko Kedungdoro, yang cuma berjarak 10 meter dari tenda-tenda PKL, dua tempat hiburan malam bisa bebas buka hingga pukul 03.00.

Juga tempat dugem kelas atas Black Hole di lantai tiga Lenmarc Jl Mayjen Yono Suwoyo, dekat Pakuwon Mall. Pengunjung bisa leluasa berjingkrak-jingkrak dan meliuk-liukkan tubuhnya mengikuti dentuman music techno sampai menjelang subuh.

Padahal aturannya sama. Baik untuk pedagang kecil dan pengusaha hiburan malam. Yaitu boleh buka hingga pukul 24.00. Menyesuaikan kondisi terkini penyebaran Covid 19 yang sepenuhnya belum tuntas.

Malam Minggu kemarin, saya sengaja ingin melihat langsung ketaatan tempat hiburan malam terhadap aturan jam operasional yang hanya diperbolehkan sampai pukul 24.00.

Sebelumnya, Pemkot Surabaya melarang Rumah Hiburan buka sejak penerapan PPKM secara nasional. Pemkot akhirnya mengijinkan buka setelah level PPKM di Surabaya dinyatakan rendah.

Meski begitu, persyaratannya sangat ketat. Dibatasi waktunya, harus pakai aplikasi Peduli Lindungi seperti di mall, pakai masker, jaga jarak dan prokes lainnya.

Sebelum diperbolehkan buka, Rumah Hiburan harus lolos asesment Gugus Tugas Covid 19. Pemiliknya juga harus teken pakta integritas.

Sayangnya sebagian pengusaha Rumah Hiburan itu nglamak. Mereka tidak mematuhi aturan dan kebijakan yang belum seminggu dibuat pemkot tersebut.

Video di atas diambil di Black Hole. Saya bersama empat jurnalis bisa dengan mudahnya masuk tanpa prokes dan tanpa prosedur aplikasi Peduli Lindungj.

Bila di gambar video, ada pengunjung yang terlihat pakai masker, mereka adalah jurnalis yang sedang pura-pura. Sebagian besar pengunjung tidak pakai masker dan tidak jaga jarak. Tanda silang di sofa hanya untuk pantes-pantesan.

Pokoknya losss… gak rewel..