Jawa Timur Darurat Banjir, ACT-MRI Buka Posko dan Lakukan Pendataan

SURABAYA – Laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan Adanya aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) di Samudera Hindia telah menyebabkan curah hujan tinggi di kawasan Indonesia.

MJO adalah fenomena gelombang atmosfer yang bergerak merambat dari barat (Samudera Hindia) ke timur dengan membawa massa udara basah.

Masuknya aliran massa udara basah dari Samudera Hindia ini meningkatkan potensi curah hujan bagi daerah-daerah yang dilalui.

Di Jawa Timur, hujan deras telah menyebabkan banjir melanda 15 kabupaten karena sungai-sungai dan drainase yang ada tidak mampu mengalirkan aliran permukaan sehingga banjir merendam di banyak tempat.

Data sementara, banjir menyebabkan lebih dari 12.495 KK terdampak.

Sebagian masyarakat mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB menyebutkan 15 kabupaten yang mengalami banjir adalah Kabupaten Madiun, Nganjuk, Ngawi, Magetan, Sidoarjo, Kediri, Bojonegoro, Tuban, Probolinggo, Gresik, Pacitan, Tranggalek, Ponorogo, Lamongan dan Blitar.

Daerah yang paling parah terlanda banjir adalah Kabupaten Madiun.

Sementara itu, Dipo Hadi Waskito, Koordinator Program dan Penanganan Bencana Aksi Cepat Tanggap Jawa Timur melaporkan langsung dari lokasi terdampak banjir di Madiun.

Pihaknya kini telah berkoordinasi dengan Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) di beberapa daerah yang terdampak untuk segera melakukan tindakan darurat.

“Kami telah berkoordinasi dengan semua jejaring MRI dan BNPB di daerah-daerah yang terdampak. Karena banjir yang terjadi di Jatim ini terjadi hampir bersamaan dengan tingkat kedaruratan yang berbeda-beda, maka kami membuka pos komando (posko) kemanusiaan di daerah terdampak yang paling parah. Saat ini kami prioritaskan untuk penanganan di Madiun,” terang Dipo.

Banjir akibat meluapnya sungai Jeroan yang merupakan anak sungai Madiun.

Sebanyak 39 desa, 8 kecamatan di Kabupaten Madiun terendam banjir sehingga menyebabkan 4.317 KK atau 17.268 jiwa terdampak banjir.

Rumah rusak berat dua unit, sawah tergenang 253 Ha, tanggul rusak tiga titik, jembatan rusak dua unit, gorong-gorong rusak satu unit, dan ribuan ternak terdampak.

Bupati Madiun telah menetapkan masa tanggap darurat banjir selama 14 hari yaitu tanggal 6 -19 Maret 2019.

Selain melakukan aksi evakuasi pada masa emergency, tim ACT-MRI yang turun ke lokasi bencana juga melakukan assessment terkait kerusakan dan kebutuhan warga yang diperlukan saat ini.

Kebutuhan darurat warga saat ini diantaranya, tikar, selimut, makanan siap saji, air minum, personal hygiene (pembalut, popok, alat mandi, pakaian dalam), obat-obatan, makanan bayi.

Sementara itu, ACT-MRI Ponorogo juga telah membuka Posko di jalan Diponegoro 79, Tambakbayan, Ponorogo.

Sebanyak sembilan personil ACT-MRI yang turun ke lokasi bencana juga membagikan bantuan yang disalurkan melalui ACT-MRI Ponorogo.

Haris Danur, koordinator Daerah MRI Ponorogo mengatakan, bantuan dari masyarakat Ponorogo masih terus mengalir melalui posko ACT.

“Posko ini akan terus kami buka sepanjang banjir situasinya belum kondusif,” jelas Haris.

Banjir terjadi di wilayah Kecamatan Balong. Ruas jalan dan permukiman di terendam banjir.

Di Bojonegoro, seperti yang dilaporkan Sunhaji Gholib, Koordinator Daerah MRI Bojonegoro, banjir akibat meluapnya air Sungai Pacal yang berdampak pada 23 desa, delapan kecamatan di Kabupaten Bojonegoro dengan ketinggian air 30 – 40 cm.

Sebanyak 1.382 rumah dan 121 hektar sawah terendam banjir.

“Saat ini tim Disaster Emergency Respon ACT-MRI Bojonegoro sudah bergerak untuk mengevakuasi dan melakukan pendataan. Semoga kondisi di lokasi bias segera membaik,” kata Gholib.

Aksi Cepat Tanggap Jawa Timur masih terus berkoordinasi dengan BPBD, TNI, Polri, Basarnas, SKPD, PMI, Tagana, relawan dalam melakukan penanganan darurat.

Evakuasi, pemberian bantuan permakanan, pendirian tenda dan lainnya masih dilakukan.

Penulis : Dian Laksana
Editor : Hery Setia