Gegara Ulah Anak Buahnya, Kasatpol PP Dipanggil Walikota

RAJAWARTA : Gegara ulah anak buahnya yang diduga memukul sekuriti tempat Hiburan di Kawasan Surabaya Timur, Kasatpol PP Eddy Christiyanto dipanggil mendadak Walikota Surabaya,Eri Cahyadi.

Pemanggilan tersebut dibenarkan Eddi saat dimintai keterangan seputar peristiwa pemukulan terhadap sekuriti berinisial M (24/8/2021). “Iya tadi saya dipanggil Walikota,” cetusnya.

Eddi menjelaskan, setelah walikota mendengar kabar ada oknum Satpol PP berulah karena mabuk, dirinya langsung dipanggil untuk dimintai laporan.

“Pak Wali mendengar peristiwa ini dari berbagai sumber termasuk wartawan. Kemudian saya dipanggil. Dalam hal ini, saya mendapat arahan dari Walikota, dan jika nanti ditemukan pelanggaran maka akan diberikan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku,” ujarnya.

Terkait dengan peristiwa pemukulan terhadap sekuriti oleh anak buahnya berinisial W, Eddi mengaku sangat kecewa, karena anak buahnya tidak menjalankan tugas sesuai instruksinya.

“Dalam hal ini saya kecewa, secara institusi, saya kecewa. Karena apa? Karena Satpol PP ini kan petugas penegak Perda, di masa Pandemi ini RHU tidak boleh buka,” tukasnya.

Sementara lanjut Eddi, anak buah saya justru tidak mengindahkan peraturan yang semestinya dikawal. “Melanggar kepercayaan saya untuk melakukan pengawasan terhadap RHU. Itu yang sangat membuat saya kecewa,” jelasnya.

Apapun alasannya tukas Eddi, di masa Pandemi level 4 dan 3 RHU tidak boleh buka. Siapapun, termasuk aparat saya sendiri (datang ke RHU) tidak boleh, walaupun biaya sendiri tetap tidak boleh.

Di bagian lain Kepada rajawarta, Korban berkisah bahwa sebelum peristiwa pemukulan, oknum Satpol PP menggelar ‘pesta’ miras di sebuah cafe. Ironisnya, ‘pesta’ miras itu dihadiri Pieter Ftans Rumasep salah satu pimpinan di Satpol PP.

Akibat dari ‘pesta’ miras tersebut, oknum Satpol PP berinisial W yang diduga mabuk tanpa alasan yang jelas memukul sekuriti berinisial M. “Saya hanya memngingatkan, tiba-tiba Pak W marah dan memukul saya. Ya saya lawan,” kisah M kepada rajawarta kemarin.

M menambahkan, saat terjadi peristiwa pemukulan Pieter lebih dulu meninggalkan lokasi. “Waktu pemukulan Pak Pieter tidak ada. Karena Pak Pieter pulang duluan,” pungkas M.