Sahabat IMAM terus bergerak mencegah DB (demam berdarah) di Surabaya. Yang paling gres, atas permintaan warga, mereka melakukan fogging di enam RT se-wilayah RW 5 Maspati Kec Bubutan, hari Minggu kemarin (10 Oktober 2021).
Maspati merupakan kampung lawas. Suasana Suroboyoan-nya masih kental. Warganya ceplas-caplos dan ramah. Juga banyak rumah ber-arsitektur tempo doloe di perkampungan dekat Tugu Pahlawan itu.
Warganya memelihara tradisi luhur gotong royong. Ini bisa dilihat kehangatan warga saat menerima kami. Karang taruna ikut mendampingi kami berkeliling kampung. Keluar masuk rumah yang di-fogging.
Ibu-ibu tidak mau ketinggalan. Mereka menyediakan aneka jajanan dan minum di setiap RT. Mereka sepertinya ingin menghormat tamunya (kami) yang datang dengan tujuan baik.
Sedangkan bapak-bapak, termasuk Ketua RW Mas Diki dan para Ketua RT, menerima saya di Posko RT 5 sambil menunggu selesainya pengasapan.
Saya sempatkan bertukar pikiran bersama pengurus kampung yang kebanyakan masih muda itu. Mulai soal pelayanan kependudukan, rencana menggelar pengajian maulid nabi, hingga bagaimana menjadikan kampung lawas itu menjadi destinasi wisata edukasi yang bisa membawa dampak ekonomi bagi warga setempat.
Diskusi ringan itu tambah gayeng dengan adanya suguhan lepet, pluntir, klepon, dan jajan tradisional lainnya. Ada pula semangka dan melon. Sehingga tidak terasa menunggu fogging yang dimulai pukul 09.00 selesai pukul 12.30.
Sebelum pulang, kami diajak makan siang bersama di posko yang berada di tengah wilayah RW 5 itu. Menunya khas Suroboyo. Ada sayur asem, ikan teri, dadar telur, tempe dan tahu goreng, dadar jagung, serta sambel terong yang pedas yang disuguhkan dengan coweknya.
“Semua jajanan dan makanan ini buatan emak-emak kampung Maspati,” kata istri Ketua RT 5 Bu Suyono. (*)